Sering kita dengar celutukan bahwa anak muda atau kaum muda sekarang tidak mencintai budaya nasional yang notabene berasal dari budaya tradisional Nusantara. Terutama kaum muda yang tinggal di perkotaan. Mendengar pernyataan seperti ini kadang kita mengangguk dan menyetujuinya. Pertanyaan pun timbul, benarkah demikian atau kita tidak mengetahui keadaan sesungguhnya?
Kalau kaum muda dikatakan tidak mencintai seni dan budaya tradisional, mengapa sampai demikian? Jangan-jangan kita sendiri yang salah karena tidak pernah mengenalkan karena memang kita tidak mengenal selain sekedar tahu. Tak lebih. Apalagi tahunya pun dari dunia internet seperti yang sering penulis baca dari beberapa postingan. Bukan dari pengalaman pribadi secara langsung. Maka tak layak kita menyalahkan kaum muda yang tak bisa mencintai seni dan budaya tradisional.
Dunia terus berputar dan selalu berubah. Tanpa pengetahuan dan pemahaman yang memadai seni budaya tradisional akan ditinggal menjadi sebuah kenangan. Seni budaya tradisional dianggap kolot, ketinggalan jaman, dan tak masuk akal karena hanya bersifat mitos atau sebuah legenda belaka. Padahal jika dipahami dengan benar akan didapat sebuah ajaran kebijaksanaan yang sarat dengan etika dan moral. Di sinilah kewajiban kita terus berusaha mengenalkan dan mengembangkan seni budaya tradisonal yang merupakan bagian seni budaya Nusantara kepada kaum muda sejak usia dini.
Ada beberapa langkah yang bisa jadi acuan agar kaum muda mencintai budaya tradisional.
- Berceritalah dan kenalkan kepada anak-anak kisah-kisah kepahlawanan para tokoh dalam legenda dan mitos yang ada di masyarakat.
- Ajak nonton pertunjukan seni tradisional dan ikut serta dalam sebuah ritual tradisional agar mereka memahami.
- Ajak dan beri kesempatan berlatih seni tradisional.
- Beri kesempatan menampilkan diri. Tampil tak harus pada acara resmi dan di panggung. Bisa saja di tempat terbuka seperti halaman, lapangan, atau saat di car free day. Jika sudah mumpuni tak ada salahnya  menawarkan diri di suatu pesta atau perhelatan. Jangan memikir uang saku dulu. Pertama adalah pengalaman. Dalam menampilkan diri di sebuah perhelatan sebaiknya secara kolosal sehingga tak  ada yang merasa tidak terpakai. Kecuali yang ditampilkan hanya seorang atau dua orang tokoh. Misalnya Tari Karonsih.
- Terkait perhelatan, ajaklah para tokoh masyarakat termasuk seniman dan budayawan untuk terlibat. Bukan sekedar menyetujui tetapi juga mendukung secara moral dan memberi bantuan dana.
- Cari sponsor. Jangan minder. Berapa pun yang diberikan terima saja dengan penuh syukur.
Langkah-langkah ini sudah penulis lakukan selama puluhan tahun. Suka duka tentu ada. Tekor anggap saja sebagai sebuah pengorbanan yang harus dilakukan sebagai tanda cinta akan budaya tradisional Nusantara. Terpenting budaya Nusantara dikenal dan dicintai kaum muda lewat diri kita. Bukan internet atau sekedar membaca buku. Â