Semua hari baik demikian pendapat kebanyakan orang. Betul. Tapi apakah orang yang berpendapat seperti akan selalu menggunakan semua hari untuk semua acara yang dianggapnya agung dan sakral? Kenyataannya tidak. Sebab mereka ada yang mempunyai kepercayaan bahwa tidak semua hari yang baik cocok dengan keadaan dirinya menurut pandangan budaya dan adat istiadat yang dianutnya.
Sebut keluarga H. Amir dan Hj. Azzarah yang akan melaksanakan perkawinan putrinya tercinta dengan seorang pria, sebagai orang Jawa mereka percaya akan adat tentang perhitungan penanggalan yang bisa mempengaruhi nasib dalam perjalanan hidupnya. Sebagai orang tua, mereka bukan hanya menghitung sendiri tetapi juga membicarakannya dengan keluarga besar termasuk di antaranya tokoh masyarakat atau sesepuh yang dipercayainya.
Setelah menghitung weton dan neptu kedua calon mempelai maka ditetapkan Jumat Kliwon, 14 Februari 2014 sebagai hari baik melaksanakan ijab Kabul di sebuah mushola yang ada di depan rumahnya persis. Ketika hal ini diberitahukan pada  putrinya, langsung melonjak kegembiraan. Alasannya ini sehari sebelum ijab Kabul adalah hari ulang tahunnya dan pada ijab kabul merupakan Valentine Day!
Di sinilah kita bisa memahami bahwa ada hari-hari tertentu yang dianggap sakral dan mistis serta hari-hari yang kurang baik untuk melaksanakan sebuah pesta atau pasamuwan agung. Bukan hanya Jumat Kliwon dan Jumat Legi tetapi juga hari kematian orang tua atau kakek dan nenek. Bagaimana jika dilanggar? Di mana bumi diinjak di situlah langit dijunjung. Jika bukan kita sendiri yang mempertahankannya budaya kita?
Kegembiraan anak muda merayakan Valentine Day dan ulang tahunnya adalah konsekuensi pengaruh budaya luar yang tak mungkin bisa dielakkan. Terpenting bagaimana kita menyikapinya secara positif dan mengisi dengan kegiatan positif pula. Kali ini sang calon mempelai putri merayakan bukan dengan hura-hura selain makan bersama dengan teman-teman desa, pengajian, dan teman kerja dengan pertunjukan hadrah.
Jumat Kliwon dan hari Valentin kali ini menjadi hari yang sakral bagi keluarga dan kedua mempelai yang melakukan ijab kabul. Bisa saja disebut ini sebuah kebetulan. Tetapi kenyataan mereka juga mengerti sekarang hari Valentin.
Selesai ijab kabul, hanya ada kenduri kecil bagi mereka yang menyaksikan. Sedang untuk pesta perkawinan dilaksanakan keesokkan harinya. Alasannya satu Jumat Kliwon dipercaya oleh keluarga sebagai hari baik untuk ijab kabul tetapi berdasarkan perhitungan weton dan neptu suami istri kurang tepat baik untuk pesta pernikahan. Â
Terlepas dari kepercayaan dan keyakinan setiap orang dan setiap kelompok bahwa pengaruh budaya dari manapun selalu ada. Saling mempengaruhi juga terjadi namun dalam kebersamaan penuh pengertian tentu akan membawa pengaruh yang baik bagi kehidupan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H