Penampilan mereka bukan sekedar unjuk kebolehan sebagai seni beladiri tetapi juga dengan gerakan kembangan (semacam gerakan tarian) yang halus dengan iringan musik yang rancak dan lagu-lagu campursari populer yang dilantunkan oleh pesinden dan pranata cara atau MC.
Jika pada masa lalu musik iringan hanya berupa kendang, jidor, kenong, dan gong. Maka pada masa kini ada tambahan bass drum, elekton, simbal, dan tamborin.
Pada awal penampilan iringannya sholawat nabi, maka selanjutnya sesuai dengan permintaan penonton, seperti lagu Sambel Kemangi, Ijo-ijo, Pantai Grajagan, Prau Layar, Bojo Loro, Stasiun Balapan, dan lain-lain.
Hal yang cukup menarik, ketika para pendekar unjuk diri bisa saja dihentikan penonton yang ingin memberi saweran dengan cara menyisipkan uang di sarung, kopiah, udheng, saku, atau secara langsung diberikan dengan tangan. Besaran sawer terserah pemberi. Ada yang 10.000 ada juga yang 100.000 bahkan ada yang lebih jika bukan hanya memberi pendekar tetapi juga pada pesinden, pranata cara, dan para penabuh.
Dalam satu kali penampilan kelompok penabuh bisa memperoleh saweran sekitar 400.000, pesinden dan pranata cara sekitar 500.000, untuk pendekar bisa lebih dari satu juta rupiah.Saweran yang demikian besar, karena permintaan lagu juga banyak sekali. Bahkan satu lagu baru dinyanyikan sepertiga, seseorang bisa meminta ganti lagu dengan memberi saweran. Maka penampilan dua jam, mulai jam 9 malam hingga 11 malam bisa menyanyikan 25 hingga 30 lagu.
Saweran yang diterima, nantinya akan dikumpulkan dan dibagi bersama dengan besaran berbeda, sesuai siapa yang paling banyak menerima. Jika penampilan pendekar demikian atraktif maka ia akan mendapat banyak saweran sehingga ia harus lebih banyak mengganti gerakan setiap kali ganti lagu sesuai permintaan.