0 0 0
Di patirtan Watu Gedhe, Ken Umang merasa gelisah tanpa kehadiran Ken Dedes yang sering menunjukkan mata kecemburuan padanya kala mandi bersama.
"Kang, aku tak mau sulung kita, Tohjaya jadi dendam turunan Tunggul Ametung...," keluh Ken Umang pada Ken Arok.
"Semua akan jadi tanggungjawabku...," jawab Ken Arok sambil mencium dahi Ken Umang.
Ken Umang hanya diam saja, ia merasa dirinya terlalu rendah di depan Ken Dedes, sang nareswari putri Mpu Purwa yang telah menghantar Ken Arok menjadi penguasa Tumapel. Ciuman dan kemesraan Ken Arok pada dirinya tak pernah memberi ketenangan.
0 0 0
Jemuwah Wage, tak seperti biasanya, Desa Tirtomoyo ramai sekali. Padahal ini bukan hari pasaran di mana banyak pedagang dan petani berkumpul di lapangan desa untuk jual beli hasil pertanian dan peternakan. Â Namun di salah satu sudut desa, sebuah joglo sederhana tampak ramai dengan hiruk pikuk sebagian wadyabala Singhasari yang mengawal Ken Dedes untuk menghantar Anusapati menuju sang pujaan hati yang akan dijadikan istrinya.
"Ibu, mohon restumu....," sungkem Anusapati.
"Restuku ada padamu. Cintailah istrimu sebagai permaisuri. Jadilah raja atas hidup dan keluargamu. Jangan seperti Ken Arok begundal itu..." bisik Ken Dedes.
"Mengapa ia tak hadir?" tanya Anusapati.
"Ia takut karena tahu hari kematiannya segera datang bersamamu....," ucap Ken Dedes sambil melirik Tohjaya yang ikut hadir menghantar Anusapati, kakaknya beda ibu.