Wilayah Kabupaten Malang yang luas, mulai dari utara hingga barat di kelilingi gunung gemunung, bahkan di sebelah selatan terbentang pantai yang luas. Maka destinasi wisata sangat banyak sekali. Mulai dari desa wisata alam dengan air terjun, sungai, dan telaga serta bendungan yang indah dan menantang, desa wisata budaya dengan seni dan budaya serta kearifan lokal yang unik, pantai dengan pegunungan kapur yang indah, dan tujuan wisata modern seperti Jatim Park1, 2, dan 3, serta Museum Angkut di Batu yang  termasuk Malang Raya.
Kali ini, penulis mengajak berwisata sambil sedikit berpetualang di Pantai Kondang Merak yang berada di satu jalur dengan pantai-pantai lainnya di selatan Malang. Wisata ke sini penulis sebut sebagai sedikit berpetualang karena berada di wilayah hutan lindung yang heterogen, sekalipun ada juga hutan  jati dan bambu yang tidak terlalu luas. Jalan menuju tempat ini juga masih sebuah rintisan yang baru saja diselesaikan sebagai Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa. Maka tak heran jika sepanjang pantai ini boleh dikatakan bebas dari sampah masa kini atau sampah bekas bungkus minuman dan makanan dalam kemasan yang dibuang semaunya oleh pengunjung.
Memang harus diakui di sepanjang pantai adanya sampah alami yang berasal dari laut berupa rumput laut yang digiring ombak ke tepi pantai. Rumput laut ini akan diambil oleh para nelayan sebagai usaha sampingan. Tetapi ada juga sampah alami lainnya berupa daun, buah, dan ranting dari pepohonan yang terbawa air hujan atau angin dari atas bukit serta dedaunan busuk yang telah hanyut ke laut dan dihempaskan lagi ke bibir pantai. Â
Keunikan lain Pantai Kondang Merak adalah berada di sebuah teluk yang cukup dalam mengarah ke daratan namun cukup panjang. Perkiraan penulis, setelah menyusuri dari timur ke barat dengan sepeda motor panjangnya sekitar dua kilometer. Karena berada di lingkungan teluk, maka gelombangnya tidak seganas pantai Ngliyep, Goa Cina, Bajul Mati, dan Pasir Panjang. Namun bukan berarti tidak berbahaya karena perubahan arah angin secara mendadak akibat perubahan cuaca dari cerah ke hujan bisa mengubah kekuatan deburan ombak yang menghantam pantai dan berakibat fatal bagi mereka yang kurang waspada. Maka dari itu, seperti halnya pantai-pantai lain juga ada pos pantau untuk petugas yang mengawasi dan menjaga keselamatan pengunjung. Tak ada larangan mandi apalagi sekedar bermain air di tepi, bahkan di sana kadang ada pelatihan snorkeling dan menyelam serta penanaman kembali terumbu karang yang dilakukan oleh sebuah LSM dan memberi kesempatan kepada pengunjung untuk terlibat dengan membayar beaya bibit karang, perlengkapan penanaman, sewa pakaian dan bimbingan serta pengawasan juga sertifikat keterlibatan usaha tersebut. Juga ada LSM di bawah bimbingan Kementerian Kehutanan yang bergerak di bidang pelepasliaran Lutung Jawa serta menjaga dari perburuan liar oleh mereka yang tidak bertanggungjawab.
Karena Pantai Kondang Merak merupakan wilayah hutan lindung, maka juga menjadi habitat hewan liar seperti macan kumbang, macan remba (kucing hutan), rusa, kera, dan lutung. Serta burung merak yang kini sulit dijumpai. Adanya merak ini pula, maka pantai ini disebut Kondang Merak yang artinya 'terkenal dengan meraknya.' Setidaknya kisah ini penulis dengar dari pembicaraan dengan petugas dan masyarakat di sana.
Mengingat panjangnya pantai ini, maka jika anda ingin bermain di tepi pantai sebaiknya hanya di wilayah tengah atau dekat jalur masuk. Selain cukup bersih juga dekat dengan petugas penjaga pantai. Sedang di wilayah timur yang panjangnya sekitar 700m gelombangnya tak terlalu besar namun kurang pas untuk bermain karena dekat dengan perahu-perahu nelayan berlabuh dan berjualan ikan hasil tangkapan. Selain itu juga tidak berada pada jangkauan petugas penjaga pantai.
Di sebelah barat, suasananya sangat tenang karena pantai dan hutan cukup menyatu. Nyanyian alam dari deritan bambu, alunan gelombang yang memukul tebing-tebing kapur pulau-pulau kecil yang jumlahnya puluhan, dan irama terpaan angin yang menggesek dahan dan dedaunan serta lobang-lobang kecil bukit kapur sungguh membuai jiwa. Ditambah suara ocehan burung tengkek dan cendet yang merasa puas setelah mendapat santapan udang atau ikan kecil.
Tiduran atau leyehan di sini sungguh membuai namun tidak saya anjurkan. Cukup berbahaya jika ada ular yang sedang jalan-jalan lalu ikut nimbrung tiduran dekat anda. Ingat ini di tepi hutan lindung. Juga jangan coba-coba asyik masyuk di hutan bambu, jika Si Aum Hitam Manis datang bukan sekedar mengintip tetapi juga tersenyum dengan giginya yang putih bisa saja anda langsung pingsan berdiri.
Mandi di tepi pantai sebelah barat Kondang Merak ini memang bagaikan di laguna yang tenang karena pulau-pulau kecil melindungi dari gelombang besar. Namun tetap harus diingat sepanjang pantai yang landai dan dangkal ini tetaplah berbahaya. Sebab dasar pantai yang berupa cadas cukup licin karena lumut laut yang tumbuh subur serta adanya lumpur tanah lembut dan halus yang terbawa air dari perbukitan dan hutan di pinggirnya.
Di sana juga ada tempat ibadat umat Kristiani yang bisa dipinjam untuk kegiatan kerohanian. Tentu saja harus dengan memberitahu jauh hari sebelumnya untuk penjadwalan.Â
Bagaimana dengan wisata kulinernya? Seperti halnya, tempat wisata pantai lainnya, kuliner yang ada adalah makanan tradisional seperti pecel, rawon, soto, rujak, dan aneka kuliner ikan bakar dan goreng. Hanya saja, penulis berkunjung ke sana saat hari kerja sehingga banyak warung tutup kecuali sebuah warung sederhana yang bernama Warung Pak Basuki. Sungguh ini bukan warung saya. Â Sehingga tak ada foto makanan atau kuliner yang saya tampilkan.
Tertarik? Pasti lah.....! Silakan kunjungi. Jika Desember ini terlalu mepet bisa dilakukan saat libur panjang atau libur musim panas Juni-Juli nanti. Saya siap menemani....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H