Jam satu siang, ritual mengembalikan arwah ke swargaloka dalam Upacara Karo telah selesai. Namun hati ini masih mengikat kami untuk tetap berada di pekuburan mengenang para leluhur kami yang telah menyiapkan tanah subur bagi kami para warga masyarakat Suku Tengger di Desa Ngadas yang gemah ripah loh jinawi tata tentrem kertaraharjo. Tanah yang subur makmur tenteram dan damai. Itulah kenyataan desa kami.
Saat mata masih menerawang jauh ke puncak Maha Meru, di mana para leluhur dan para dewa berada, tampak beberapa orang dari desa tetangga, sedang memunguti sesaji berupa buah-buahan, makanan dan kue yang dianggap masih segar dan belum basi, atau minuman dan rokok yang belum digunakan. Sebuah pemandangan yang memilukan.
Daerah pegunungan tempat masyarakat Suku Tengger adalah daerah yang amat subur, seperti halnya kebanyakan wilayah di Indonesia yang merupakan lumbung pangan. Namun demikian kemiskinan masih saja ada. Gambaran peribahasa ayam mati kelaparan di lumbung padi bukanlah sebuah omong kosong.
Benarkah keangkuhan kita dan kemiskinan mental kita serta surutnya kepedulian atas lingkungan dan sesama menyebabkan semua ini terjadi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H