Sebagai contoh, seorang penari, panjak, dan sinden ketika tampil di tingkat desa paling banter akan menerima honor sebesar seratus ribu rupiah sekedar untuk sewa pakaian atau beaya tata rias.Â
Jika yang punya acara adalah pemerintah desa seperti ritual bersih desa dan perayaan 17 Agustus, justru malah hanya mendapat konsumsi sederhana sekali.Â
Sedang beaya sewa pakaian dan tata rias menjadi tanggungjawab sanggar atau padepokan mereka, Â bahkan kadang menjadi tanggungjawab setiap anggota yang akan tampil.Â
Malah sering terjadi kala berangkat dan pulang pun berjalan kaki dengan masih menggunakan kostum penari. Atau setidaknya dengan naik mobil bak terbuka, entah praoto atau pick up.Â
Bahwa, pada akhirnya lambat laun mereka dikenal dan melambungkan prestasi lalu mendapat honor yang menggiurkan adalah sesuatu yang biasa. Tentu saja diharapkan mereka tidak lupa pada sanggar atau padepokan atau komunitas sebelumnya.Â
Pepatah Jawa mengatakan 'aja kaya kacang lali kulite' Â Artinya kita pernah berada di dalam sebuah komunitas yang pernah menghidupi dan tak boleh ditinggalkan serta dilupakan begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H