Perjuangan Memadamkan Kebakaran Kaldera Bromo Sore Tadi
Siang hari ini saya sengaja keliling kaldera Gunung Bromo yang tampak menguning dengan hamparan rumput yang mengering. Â Tujuan hanya satu memoto alam dan membuat rekaman video dengan suara angin yang lembut untuk ucapan selamat ulang tahun ke 11 kompasiana.Â
Jam 11.30 saya sudah di kaldera yang amat terik karena cuaca memang panas namun angin semilir sedikit menghilangkan gerah. Setelah jeprat-jepret dengan berbagai gaya sepeda motor sebagai obyek, jam 1 siang saya menuju Ranu Pani untuk mencari inspirasi tulisan tentang kondisi di sana serta melihat akibat kebakaran hutan dan lahan yang masih berlangsung.Â
Ada 7 inspirasi menarik dan aktual yang masuk. Setelah wawancara dengan beberapa orang dan tokoh yang saya kenal, jam 4 sore saya kembali ke Jemplang untuk makan siang.
Mulai sekop, cangkul kecil, dan aneka perlengkapan seadanya. Namun demikian, pihak TN BTS juga menyediakan dua mobil patroli yang membawa dua tendon air yang masing-masing berisi kurang lebih 1,5 m3 serta selang pemadam yang panjangnya sekitar 75m serta pompa untuk menambah tekanan semprotan.
Lahan yang luas dengan rumput kering sangatlah memudahkan menjalarnya api ditambah hembusan angina utara yang cukup kencang. Wal hasil, tak sampai dua puluh menit air habis dan harus mengambil ke tendon dekat bukit Tele Tubies yang jaraknya sekitar 6 km.
Salah perhitungan sedikit, api bukannya padam malah melompat dan menyambar rerumputan di sekitar kaki yang tentu sangat membahayakan bagi kami.Â
Apa pun yang terjadi kami harus berjuang dengan penuh semangat untuk memadamkan api sebelum manjalar lebih jauh bahkan menghabiskan lebi dari tiga perempat wilayah kaldera Bromo seperti tahun 2008 dan 2014 silam.