Entah sejak kapan rokok menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia, yang kini justru menjadi kebutuhan sekunder yang sulit ditinggalkan.Â
Bahkan bagi sebagian orang menjadi kebutuhan pokok (untuk kenikmatan pribadi) yang jika tak terpenuhi akan membuatnya limbung tak berdaya. Lebih baik lapar daripada tak merokok. Ada yang berpendapat demikian.
Sebagai gaya hidup, merokok bukan hanya ada pada kaum pria saja atau orang yang berpenghasilan cukup. Tetapi juga merambah pada kaum wanita termasuk mereka yang perpenghasilan pas-pasan. Entah di kota atau di desa.Â
Entah ekskutif muda wanita yang malu-malu merokok di tempat kerja namun saat di kafe dengan gaya kekinian menghisap rokok sejenis yang dihisap kaum buruh di pojok bangunan yang belum selesai.
Jika hingga akhir 70an, sering kita jumpai kaum wanita paruh baya hingga lansia di pedesaan atau sedikit di kota mengunyah kinang bahkan di rumah disediakan kinangan yang terbuat dari kuningan dan keramik, maka kini sudah jarang.Â
Memang masih ada di pedesaan yang menginang namun perangkat kinangan sudah menjadi barang antik. Tidak ada lagi wanita menginang bukan sekedar karena tidak doyan karena rasanya memang pait sengir tetapi juga membuat bibir, gigi, dan multt sedikit berubah bentuk seperti agak dower serta warna menjadi merah kehitaman.Â
Selain itu kurang etis meludah sisa-sisa kinangan yang kotor. Bisa juga wanita enggan menginang karena kuatir ditinggal pasangannya yang enggan menciumnya. Anehnya, kaum wanita lansia dan kaum sudra yang sudah tidak lagi menginang kini menjadi seorang perokok aktif yang terang-terangan.Â
Mudah dijumpai di pinggiran Bringharjo, Kidul Stasiun Jogja, Pasar Kembang, atau wilayah pedesaan manapun. Apalagi di wilayah pegunungan dan pedalaman. Hanya saja kaum wanita muda (desa dan kota) masih malu-malu, kuatir dianggap wanita nakal dan anggapan minor lainnya.
Hal lain tentang merokok, perubahan gaya hidup wanita lansia yang meninggalkan kinangan dan ganti merokok, ternyata ini juga berlaku untuk memberi sesaji baik di rumah maupun di tempat keramat. Jika dulu sesaji berupa bunga, makanan kesukaan leluhur, kopi dan air putih, serta kinangan dan rokok. Maka kini kinangan juga mulai disingkirkan dan diganti dengan rokok.Â
Alasan bukan karena kinangan sulit didapat tetapi lebih berarti mengikuti jaman. "Buyut sudah tidak doyan menginang." Ada yang berpendapat demikian.