Hal yang mengejutkan, dua nara sumber ini juga mengenalkan Kompasiana sebagai blog keroyokan yang berisi penulis-penulis handal yang kebetulan para fiksianernya juga menulis di plukme.com.
Info yang menarik menjadi daya tarik peserta untuk menjadi kompasianer. Beberapa peserta pun langsung menemui penulis bagaimana cara mengirim di Kompasiana.com. Hal ini karena dua nara sumber dari atas panggung mengenalkan penulis kepada para peserta. Juga meminta penulis untuk berbagi pengalaman dalam menulis.Â
Permintaan mendadak yang tak terduga membuat saya agak grogi karena penampilan sedikit acak-acakan setelah perjalanan dari Bromo dan mengingkari janji pertemuan dengan seorang K'ner dari Bolang.
Seperti lagu-lagu perjuangan yang membangun optimisme dalam perjuangan kemerdekaan bukan hanya lagu-lagu mendayu yang mengungkapkan kesedihan belaka seperti lagu Ibu Pertiwi.Â
Bukan berarti lagu ini tidak bagus, sebab lagu ini juga menggugah semangat untuk tetap menjaga kesejahteraan dan kedamaian negeri kita. Selain itu, penulis juga menguatkan pendapat Lilik F.A agar dalam pemilihan diksi tak perlu kata-kata yang berlebihan atau lebay dalam bahasa Jawa disebut "ke-ndakik'en" yang justru membuat pembaca menjadi bosan.
Hal yang belum terpecahkan dalam talkshow kali ini adalah pertanyaan dari seorang guru yang kebetulan pegiat literasi dan penulis cerpen bagaimana cara menulis puisi dalam bahasa Inggris.Â
Hanya sedikit paparan yang bisa diberikan oleh Anis Hidayatie yang juga mahir bahasa Inggris. Termasuk penulis yang hanya bisa memberi masukan bahwa menulis puisi dalam bahasa Inggris kita harus memahami bahasa budaya Inggris, sedang bahasa Inggris yang kita terima saat ini adalah Inggris Amerika bukan British.
Seorang penulis muda berbakat yang bekerja di sebuah dinas yang menangani masalah sosial (tapi bukan dinas sosial) juga menanyakan bagaimana cara seorang pemerhati masalah sosial bisa mengungkapkan dengan sebuah tulisan yang menarik dalam bentuk cerpen.Â
Pertanyaan inilah yang memancing Anis Hidayatie meminta saya maju ke panggung untuk menjawab. Secara teknis memang tak bisa dijelaskan di atas panggung, tetapi kejadian sehari-hari bisa menjadi ide sebuah penulisan cerpen yang menarik bukan sekedar imajinasi sekali pun itu bukan sesuatu yang salah. Karya Chairil Anwar dan Pramudya Ananta Toer adalah contoh monumental. Atau cerpen Langit Makin Mendung yang bikin heboh pertengahan tahun 60an.