Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pahamilah, Wanita Sungguh Tidak Menyebalkan!

18 September 2019   06:54 Diperbarui: 18 September 2019   10:45 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga bahagia. Tangkap layar NG.

Dalam kehidupan sering kita jumpai seseorang , pria maupun wanita yang memutuskan untuk hidup sendiri dalam arti tidak mau membentuk sebuah keluarga. Banyak faktor yang menjadi alasan yang berbeda satu sama lain. 

Tentunya di sini tidak termasuk bagi mereka yang memilih menjadi biarawan biarawati, sebab mereka hidup dalam sebuah komunitas panggilan menurut iman mereka.

Kali penulis hanya membahas tentang kaum pria yang menentukan hidup sendiri dengan satu alasan yang mungkin oleh pihak lain, pria maupun wanita, cukup kurang masuk akal. Yakni enggan, ogah, atau takut dengan wanita. Pertanyaan pun tentu muncul, benarkah ada pria yang takut pada wanita? Apa sih yang menakutkan dari seorang wanita?

Karena penulis tidak takut dan tentu saja semoga juga tidak menakutkan bagi wanita, tentu saja tak bisa menjawab secara benar. Sekarang mari kita lihat bagaimana sosok wanita sebenarnya bagi pria sesuai dengan yang diciptakan oleh Sang Maha Pencita.

Tangkap layar NG
Tangkap layar NG
Tangkap layar NG
Tangkap layar NG
Setelah alam semesta dan bumi tercipta, Sang Maha Pencipta mengambil segenggam tanah liat lalu diremas-remas sehingga kuat memadat. Maka terbentuklah sosok manusia yang diberi nama pria. Pria itu lalu ditempatkan di bumi. 

Berkat kekuatannya, pria menjadi makhluk yang menguasai bumi dengan aneka satwa dan tanaman yang memenuhi kebutuhannya. Apalah artinya kekuatan jika hidup sendiri dalam kesepian yang mencekam. 

Sang Maha Pencipta mengetahui hal itu. Diambilnya tanah liat sisa-sisa penciptaan makhluk kuat yang bernama pria. Tanah liat yang lebih sedikit dari sebelumnya, maka terciptalah makhluk yang mungil atau lebih kecil dari pria. 

Sang Maha Pencipta melihat segala keindahan, kelemahlembutan, keharuman, kehalusan, keceriaan, kemerduan, kegemulaian, dan kemerduan yang ada di bumi lalu mengambilnya dan memasukkannya dalam diri makhluk mungil tersebut yang disebut dengan wanita. Sang Maha Pencipta pun menempatkan wanita di sisi pria sebagai pendamping hidup di bumi. 

Melihat makhluk mungil yang disebut dengan wanita dengan segala keindahan, kelemahlembutan, keharuman, kehalusan, keceriaan, kemerduan, kegemulaian, dan kemerduan yang dimilikinya pria tersebut sungguh merasa bahagia.

Terbiasa hidup sendiri di alam bebas, ternyata kehadiran wanita membuat jengkel pria. Pria pun menghadap Sang Maha Pencipta.

 " Tuhan. Perempuan yang Kau berikan padaku ternyata sungguh merepotkan diriku. Bicara tiada henti, mengambil milikku, mengeluh tanpa sebab, dan selalu merasa sakit."

Sang Maha Pencipta lalu mengambil wanita itu dari sisi pria. Sejenak pria merasa senang dan bebas. Ternyata beberapa hari kemudian...

"Tuhan, hidup saya menjadi sepi sejak perempuan itu Kau ambil dari sisiku. Biasanya dia menyanyi dan menari di depanku. Memandang dan membelaiku. Juga menemaniku saat bermain dengan manja lalu bersandar di bahuku..."

Sang Maha Pencipta kembali menempatkan wanita di sisi pria yang menerima dengan tersenyum bahagia. Sang pria memang maunya sendiri yang tak ingin diganggu wanita pendampingnya menghadap Sang Maha Pencipta.

"Tuhan... sulit kumengerti, wanita yang Kau berikan padaku lebih banyak membawa kegalauan daripada keceriaan. Bebaskan diriku dari wanita..."

Sang Maha Pencipta pun bersabda:

"Hiduplah bersama dengan dia sebaik-baiknya, pahamilah dan pimpinlah. Dia akan menurut padamu."

Si pria tetap bertahan pada kemauannya.

                "Aku tak tahan lagi hidup bersama dengannya..."

Sang Maha Pencipta bertanya

                "Apakah kamu bisa hidup tanpa dia?"

Si pria tertegun diam dan menunduk

"Sungguh malangnya nasibku, tak bisa hidup dengan wanita juga  tak bisa hidup tanpa wanita...."

Apa pun yang terjadi, akhirnya pria menerima wanita sebagai pendampingnya.

# Berdasarkan sumber no:2 koleksi pribadi.

Wanita mengharapkan pendamping yang mengerti. Tangkaplayar: NG
Wanita mengharapkan pendamping yang mengerti. Tangkaplayar: NG

Keluarga bahagia. Tangkap layar NG.
Keluarga bahagia. Tangkap layar NG.

0 0 0 0

Pria memang tercipta begitu kuat namun belum tentu tangguh untuk melunakkan hati wanita yang sebenarnya demikian lembut. Mengapa? Karena pria terlalu dangkal untuk memahami wanita. 

Hidup sendiri (tidak menikah) memang sebuah pilihan yang bersifat pribadi. Tapi putusan yang bebas haruslah dipertimbangkan dengan matang bukan karena keterpaksaan. Apalagi karena alasan enggan terganggu oleh wanita. Alasan terakhir ini sepertinya mengada-ada, tetapi kenyataan dalam hidup sehari-hari memang benar ada. 

Tiga dari delapan pria rekan kerja penulis, yang memutuskan hidup tak menikah secara jujur mengatakan demikian. Sedangkan satu-satu teman desa yang tidak menikah juga mempunyai alasan demikian. 

Tempat tinggal dan asal-usul serta pendidikan ternyata tidak ada pengaruhnya atas putusan semacam ini. 

0 0 0 0

Tadi malam, ketika penulis menonton tayangan National Geographic tentang kehidupan Suku Amazon di Brasil sungguh terkejut melihat sebuah kenyataan bahwa di pedalaman liar Amazon pun ada pria yang enggan, ogah, dan (agak) takut menghadapi wanita. 

Padahal kehidupan yang demikian liar, sekali pun dalam komunitas, kehadiran seorang pendamping wanita bagi seorang pria sangatlah dibutuhkan Bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga bagi dia yang terpilih menjadi pendamping kita.

Demikian juga dalam kehidupan modern, dimana segala keinginan mudah dipenuhi dengan kekuatan uang yang kita miliki. Tetapi uang tak bisa membeli dan menjadi pendamping.

Memahami wanita bukanlah hal yang mudah tanpa hidup di sisi wanita. Lagu John Lennon ini mungkin semoga bisa menjadi inspirasi memahami wanita. 


Sumber inspirasi: 

1. https://www.youtube.com/watch?v=Fe7Gy107xrw&t=397s

2. Neerland Indie Land en Volk Geschiedenis' Tweede Deel, H. Colijn

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun