Sehingga perdebatan pun muncul dan membosankan bagi beberapa K'ner. Lalu ada yang kurang berkenan (ada yang mengatakan dilaporkan Admin karena tulisannya yang tidak pas) atau memang Admin K yang kurang nyaman, beberapa K'ner kritis pun dipancung (istilah dari K'er).
 Mereka bukanlah penulis ecek-ecek lalu ngambeg apalagi mati. Mereka adalah manusia-manusia hebat. Memang ada yang ngambek (dan cerita saya lewat messenger).Â
Tetapi ada juga yang langsung reinkarnasi dengan nama lain seperti Nabi Palsu atau melanjutkan dengan nama  yang sama tapi punya urutan, missal Ester2 sampai Ester5. Sekali pun akhirnya bosan dan pindah ke planet lain.
Memang kala itu, ada beberapa K'ner dalam memberi komentar terjebak pada siapa penulisnya daripada isi tulisannya. Bahkan saat ini juga masih ada yang demikian.
Kebijakan Admin K dengan memunculkan rubrik 'Tanggapan' untuk berdiskusi atau menghindari perang komen rupanya kurang mendapat tanggapan dari K'ner. Kini sudah tiada lagi.Â
Apakah sebuah tulisan hanya merupakan ungkapan isi pikiran pribadi yang tak perlu ditanggapi sehingga enggan memberi komen kritis atau menanggapi dengan sebuah tulisan? Bahkan sekedar menjawab komen kritis.
Budaya Jawa mengatakan 'colong playu' secara harafiah artinya setelah mencuri melarikan diri. Filosofi Jawa ini sebenarnya mengajak kita bertanggungjawab atas perbuatan kita.Â
Demikian juga dengan menulis. Ketika tulisan dengan judul bombastis menarik pembaca lalu ada komen kritis dibiarkan saja dan ditinggal menulis lagi. Sebuah tulisan kejar tayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H