Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Titik-titik Air di Awan

31 Agustus 2019   11:52 Diperbarui: 31 Agustus 2019   12:02 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Butir-butir air terus melayang mengembara mengikuti kata angin tanpa mempedulikan lagi jalan yang harus dilalui.

Atau pun waktu di mana harus menari bersama angin menggoyang lembut reranting dan dedaunan di pinggir hutan atau tepi jalan.

Di atas samudera atau di puncak gunung atau padang pasir berdebu.

Lelah tak lagi ada dalam benak selain keinginan untuk memberi kehidupan alam karena ia merasa bagian mereka

Di pagi hari kadang berhenti bersama menjadi titik-titik  embun di ujung rerumputan, daun padi, ranting, atau putik-putik dan kuncup bunga yang dilihat insan sebagai keindahan kilau alam yang mempesona lalu ditinggal pergi tanpa sebuah kenangan

Tak ada kekecewaan kala harus memenuhi panggilan cahaya mentari untuk kembali menjadi titik-titik air dalam gumpalan awan yang mengembara menyelimuti bumi

Mengayomi setiap mahluk yang berharap belaian lembut sang bayu dan sejuknya awan dan membuai untuk istirahnya raga dan jiwa

Terbang melayang kembali lalu duduk bersimpuh di tebaran pasir membentang padang gersang dan tak dipedulikan insan yang lewat dengan sebotol air kepongahan

Ia pun meresap ke dalam akar rerumputan yang terabaikan liar jadi penghias mata yang memandang

Waktu pun memanggil kembali dan cahaya mentari menggandengnya dari jendela pori-pori dedaunan mengajaknya kembali mengembara memberi kehidupan semesta alam

dokpri
dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun