Agak sulit saya menerangkan arti still life photography apalagi menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia yang baku. Hanya bisa dijelaskan secara singkat yakni memotret atau memoto benda tak hidup (bukan benda mati) bisa menjadi tampak hidup dan secara jelas bisa menunjukkan fungsi atau kegunaannya sehari-hari.Â
Memang semua benda tentu mempunyai kegunaannya masing-masing namun belum tentu ketika potret tidak bisa menunjukkan kegunaannya. Bisa dikatakan still life fotografi digunakan sesi pemotretan benda-benda untuk keperluan iklan.
Misalnya setangkai mawar merah yang merekah segar tergeletak di meja lalu kita memotretnya asal-asalan maka yang tampak adalah mawar merah saja tanpa sebuah arti yang jelas. Kecuali kita menaruh  di tempat yang tepat dan memoto dari sudut tertentu dengan memperhatikan pencahayaan dan latar belakang serta mengambil benda-benda di dekatnya yang terasa mengganggu untuk menjadi sebuah obyek yang menarik.
Jenis still life fotografi biasanya hanya penulis gunakan untuk memoto cincin kawin, buket pengantin wanita, perangkat lamaran, dan makanan serta buah-buahan. Untuk dua jenis terakhir bisa juga termasuk foodtografi.
Kali ini saya mencoba still life fotografi dengan menggunakan gawai namun tetap saja diatur kecepatan dan pencahayaannya. Kali ini penulis memakai kecepatan 200 dan pencahayaan otomatis. Obyek pilihan penulis adalah benda-benda sehari-hari yang sudah lama sehingga tampak adanya keretakan, sedikit dekil, atau kusam sehingga cukup mengganggu detil benda. Lokasi pemotretan hanya di ruang tamu yang cukup pencahayaannya dari sinar matahari.
Semoga bisa berguna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H