Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pagelaran Tari Topeng Malang pada Indonesia MasK Festival di Museum Panji Malang

11 Juli 2019   21:42 Diperbarui: 11 Juli 2019   21:54 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu, 7 Juli 2019 boleh dikatakan hari yang cukup istimewa bagi para seniman tari, penari tradisional, pemerhati dan pecinta tari tradisional,  khususnya tari topeng Malang dan para budayawan serta warga Malang karena pada hari itu ada dua kegiatan tari topeng yang amat menarik.

Pertama, pada jam 8 pagi ada flashmob tari topeng Malang yang dipentaskan oleh sekitar dua ratusan penari muda dan tua di depan Museum Brawijaya dan Perpustakaan Umum Malang yang ada di Jalan Besar Ijen pada saat Car Free Day. Acara ini dikoordinasi oleh Komunitas Peduli Malang Raya dan menjadi sebuah even yang boleh dikatakan sungguh menarik.

Kedua, di Museum Panji pada jam 1 siang hingga jam 5 sore diadakan Indonesia Mask Festival yang merupakan pementasan tari topeng Malang yang mengisahkan kisah perjalanan dan percintaan Panji Asmoro Bangun dan Dewi Tjandra Kirana dari Kerajaan Kediri.

Bapang dari Tumpang.(dok. pribadi)
Bapang dari Tumpang.(dok. pribadi)
Gunung Sari oleh Eko Ujang dari Desa Jambu Wer Malang (dok. pribadi)
Gunung Sari oleh Eko Ujang dari Desa Jambu Wer Malang (dok. pribadi)
Gunung Sari Jambu Wer (dok. pribadi)
Gunung Sari Jambu Wer (dok. pribadi)
Hal yang luar biasa dari dua kegiatan ini, adalah menampilkan tari topeng Malang dari beberapa sanggar dan desa yang ada di kota dan kabupaten Malang, seperti Sanggar Anggrek dari Tumpang, Padepokan Seni Mangun Darmo dari Tulus Besar Tumpang, Sanggar Setyo Utomo dari Desa Glagah Dawa, Sanggar Senaputra Malang, Padepokan Seni Asmoro Bangun Desa Kedung Monggo, Komunitas Kendo Kenceng Lawang, dan Sanggar Galuh Candra Kirana Desa Jambu Wer Gunung Kawi Malang, serta satu sanggar dari Surabaya.

Peserta selain para penari muda dari sanggar dan padepokan di atas, juga ditampilkan penari-penari jadul yang merupakan tokoh-tokoh yang berkiprah sejak tahun 75an. Di antaranya pasangan Mas Sunari & Mbak S. Hardina yang dulu satu perguruan dengan penulis di sanggar Laras Budi Wanita dan Senaputra, Tri Broto Wibisono, dan Mbak Tri Wahyuningtyas dari Tumpang yang sebentar lagi akan wisuda doctor seni tari dari Universitas Negeri Malang.

Sunari, penari jadul yang masih eksis.(dok. pribadi)
Sunari, penari jadul yang masih eksis.(dok. pribadi)
Sunari. Seniman Tari Topeng Malang (dok. pribadi)
Sunari. Seniman Tari Topeng Malang (dok. pribadi)
S. Hardina istri Mas Sunari (dok. pribadi)
S. Hardina istri Mas Sunari (dok. pribadi)
Mbok Tani oleh S. Hardina (dok. pribadi)
Mbok Tani oleh S. Hardina (dok. pribadi)
Hal yang luar biasa dari acara Indonesia Mask Festival ini adalah diadakan di pinggir Kali Amprong  dan ladang penduduk yang rindang dengan iringan gemerciknya air sungai yang terjun dari dam yang ada tepat di selatan Museum Panji. Ini mengingatkan penulis akan penampilan kisah-kisah panji dalam tari topeng Malang pada akhir tahun 70an di Desa Kedung Monggo saat masih ada maestro tari topeng Malang, yakni Mbah Karimun. Juga pada awal 80an di Sanggar Laras Budi Wanita ( LBW ) di Jalan Kelud 51 Malang.

Acara Indonesia Mask Festival ditutup dengan saresehan atau tepatnya tanya jawab dan tukar pengalaman dan pengetahuan tentang asal-usul dan sejarah tari topeng Malang serta perbedaan-perbedaan gerak yang harus diketahui oleh penari dan pemerhati.

Maka dari itu pada awal acara sengaja ditampilkan Tari Bapang sebanyak dua kali dari penari dan sanggar berbeda, yakni Sanggar Setyo Utomo dari Desa Glagah Dawa dan Bapang Manunggaling dari Tumpang.  Serta penampilan tari Gunung Sari dari Sanggar Laras Aji Desa Jambu Wer dengan penari muda dan gagah Eko Ujang.

Topeng Manunggaling oleh Bari dari Banjar Rejo (dok. pribadi)
Topeng Manunggaling oleh Bari dari Banjar Rejo (dok. pribadi)
Topeng Manunggaling - Bari (dok. pribadi)
Topeng Manunggaling - Bari (dok. pribadi)
Asmoro Bangun (dok. pribadi)
Asmoro Bangun (dok. pribadi)
Pasukan Kediri-Asmoro Bangun (dok. pribadi)
Pasukan Kediri-Asmoro Bangun (dok. pribadi)
Panji Asmoro Bangun dan Tjandra Kirana bertemu kembali. (dok. pribadi)
Panji Asmoro Bangun dan Tjandra Kirana bertemu kembali. (dok. pribadi)
Tari topeng Malang memang mempunyai sejarah dan kekhasan tersendiri dengan wilayah atau kota lain. Selain karena secara teritorial tidak jauh dari wilayah Kediri juga setelah runtuhnya Keraton Kediri selanjutnya Singosari menjadi keratin besar dan berkuasa maka banyak seniman tari dari Kediri yang mendirikan sanggar dan mengembangkan tari topeng di Singosari.

Salah satunya adalah Desa Panawijen tempat pertapaan Mpu Purwa ayahanda Ken Dedes atau Sang Prajna Paramita. Desa Panawijen yang disebut dalam Negara Kertagama dan Kitab Pararaton kini masih ada termasuk situs tempat Mpu Purwa bersemayam kala itu.

Salah satu penari jadul dari Surabaya. (dok. pribadi)
Salah satu penari jadul dari Surabaya. (dok. pribadi)
Penari tua dari Komunitas Kendo Kenceng - Lawang (dok. pribadi)
Penari tua dari Komunitas Kendo Kenceng - Lawang (dok. pribadi)
Mas Supriyono dari Padepokan Seni Mangun Darmo dan Tri, W dosen UM dalam Panji Reni (dok. pribadi)
Mas Supriyono dari Padepokan Seni Mangun Darmo dan Tri, W dosen UM dalam Panji Reni (dok. pribadi)
Menari bersama sebagai penutup. (dok. pribadi)
Menari bersama sebagai penutup. (dok. pribadi)
Mejeng bareng. See you again at Taman Krida Budaya 10-12 Juli 2019 (dok. pribadi)
Mejeng bareng. See you again at Taman Krida Budaya 10-12 Juli 2019 (dok. pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun