Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kicauan dan Nyanyian Merdu Burung-burung di Alam Bebas

27 Mei 2019   08:49 Diperbarui: 27 Mei 2019   22:27 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semoga kompasiana menjadi paduan suara merdu seperti nyanyian alam dan kicauan burung di alam. Dokpri

Di tengah kota, pinggiran kota, atau pun perkampungan jika lingkungannya masih banyak pepohonan yang cukup tinggi tentu akan menjadi habitat sekumpulan burung. Entah itu pipit, kacamata, ciblek, prenjak, kutilang, branjangan, tekukur, kepodang, atau pun hanya burung gereja saja. 

Setiap pagi sekitar jam 5 -- 6 atau sore hari menjelang matahari terbenam biasanya burung tersebut berkicau saling bersautan menjadi suatu paduan suara alami nan merdu.

Demikian juga di pedesaan, pinggiran hutan, atau pun di ladang-ladang berundak perbukitan suara merdu kicauan burung mengiringi irama lagu desiran angin pegunungan yang sejuk segar akan terdengar indah hampir sepanjang hari.

Mendengar nyanyian merdu alami bisa membuai kita sehingga lupa akan segala kelelahan dan kepenatan hidup yang harus kita hadapi. Sayang sekali, nyanyian merdu kadang terganggu bahkan menjadi kacau kala ada suara parau yang dipekakkan burung-burung pengganggu seperti suara burung gagak, cendet, tengkek, atau burung kruwok. 

Bahkan kicauan menjadi buyar jika ada burung alap-alap yang tanpa suara langsung datang siap menyantap burung-burung kecil yang sedang bernyanyi menghibur petani yang sedang bekerja di ladangnya.

Semoga kompasiana menjadi paduan suara merdu seperti nyanyian alam dan kicauan burung di alam. Dokpri
Semoga kompasiana menjadi paduan suara merdu seperti nyanyian alam dan kicauan burung di alam. Dokpri

Di wilayah perkotaan pengacau kicauan burung bukan hanya predator seperti alap-alap yang sudah sulit ditemukan, tetapi suara deru motor mobil yang tak pernah berhenti sepanjang waktu termasuk saat malam hari kala burung beristirahat.

Seperti nyanyian merdu para burung di alam bebas, demikian juga kita sering mendengar suara-suara lembut yang menyapa kita sepanjang kehidupan. 

Suara lembut yang mempererat pertemanan, persahabatan, dan persaudaraan. Hanya saja kadang kita juga mendengar suara yang kurang enak didengar karena umpatan, cacian, kemarahan, bahkan kemarahan penuh emosi tanpa alasan yang jelas.

Sedih dan jengkel tentu saja. Namun janganlah menjadi sebuah kemarahan yang justru semakin mengacaukan suasana yang indah. Kala ada suara yang memekakkan telinga, bernyanyilah dalam hati dengan sunggingan senyuman manis yang akan membuat orang lain ikut bahagia dan suasana alam kita kembali tenang dan damai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun