Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menikmati Jalan Tol Malang-Lawang dengan Bergowesria

26 Mei 2019   09:34 Diperbarui: 26 Mei 2019   14:47 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelompok lain yang juga melintasi. Dokpri

Setegar apa pun, siapa pun tentu mengalami satu titik kejenuhan yang tak terelakkan. Mau tidak mau harus diterima dan dan dijalani. Entah itu kejenuhan karena tugas dan tanggungjawab di tempat kerja yang berjibun dengan aneka permasalahan, seperti menghadapi karyawan dan teman, bahkan pimpinan yang sok berkuasa mutlak. 

Juga karena usaha kita yang tak kunjung memenuhi target sesuai dengan harapan. Banyak cara yang ditempuh seseorang untuk menghilangkan kejenuhan, terutama pada saat libur rutin. Tidur atau tiduran, membaca, merawat taman, atau olahraga ringan yang tak terlalu banyak menguras pikiran.

Kalau saya sendiri eh maksudnya kami berdua lebih banyak bergowes ria menyusuri perkampungan dan pedesaan atau menyusuri hutan dan lembah. Sebuah olahraga ringan namun memacu andrenalin karena harus dilakukan penuh kehati-hatian. 

Lengah sedikit saja akan ndlosor. Ngeri-ngeri sedap. Ini kami lakukan selain untuk mencari kesenangan untuk menikmati hidup juga untuk menjaga kesehatan raga supaya tetap segar sekalipun usia mulai berjalan menuju angka 7.

Nampang dulu ah... Dokpri
Nampang dulu ah... Dokpri
Nampang dulu ah... Dokpri
Nampang dulu ah... Dokpri

Istirahat sejenak. Dokpri
Istirahat sejenak. Dokpri

Dokpri
Dokpri

Kecuali tahun 2016  hingga April 2019 ini, kami lebih sering gowes menikmati sensasi jalur jalan toll Malang -- Lawang yang jaraknya hanya sekitar 19 km atau 38 km pergi pulang. Ini kami nikmati mulai sejak awal pengerukkan hingga pengerasan dengan beton cor.

Saat pengerukan sensasinya adalah jalan berdebu saat kemarau dan berlumpur saat hujan. Saat pengerasan tantangan berkurang tapi kami bisa sedikit memacu kecepatan lebih tinggi sekali pun jenis sepedanya kurang cocok. Sebab sepeda yang gunakan jenis sepeda gunung atau MTB sedang untuk jalan raya seharusnya menggunakan roadbike atau RB.

Selain itu bisa juga melatih eh mencoba keseimbangan dengan lepas tangan dengan kecepatan di atas 20km. Tentu saja cukup berbahaya. Terpeleset, tahu sendirilah akibatnya.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Bahaya lain yang siap melahap adalah laju kendaraan proyek yang mulai bekerja sekitar jam 8 pagi sekali pun pada hari minggu. Maka dari itu kami berangkat dari rumah sekitar jam 5 pagi dan menjelajah jalan toll hingga jam 9. 

Selanjutnya menjelajah pedesaan di sekitar jalan toll mulai dari Singosari hingga Madyopuro tempat lahan kami yang telah digusur untuk pembangunan jalan toll.

Khusus minggu pagi ini, 26 Mei 2019 kami berdua hanya bisa mencoba lagi jalan toll hanya sampai mendekati gerbang Singosari. Karena dari Singosari hingga Lawang dan Purwodadi sudah diresmikan Pak Jokowi dua minggu lalu dan sudah dibuka untuk kendaraan secara gratis.

Namun, kami masih bisa menikmati jalur dari Madyopuro hingga Buring sekali pun jaraknya tak terlalu jauh. Sekitar 7 km saja.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Kelompok lain yang juga melintasi. Dokpri
Kelompok lain yang juga melintasi. Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun