Tanpa bermaksud mengabaikan data hasil penelitian para pakar pertanian yang banyak ditulis di jurnal, buletin, atau suratkabar harian maupun yang dipublikasikan oleh pemerintah lewat kementerian yang berwenang kadang saya meragukan bahwa regenerasi petani di negeri kita mengalami kemunduran.
Jika benar memang mengalami kemunduran tentu ada sebabnya bukan sekedar tak mau menjadi petani dengan alasan karena pendapatannya tak sebanding dengan kebutuhan hidup yang harus ditanggung.
Dari pembicaraan yang sering penulis lakukan dengan para petani di sekitar Malang Raya, mulai dari Batu, Kepanjen, Pagelaran, dan yang paling banyak di daerah Malang timur yakni Tumpang, Pakis, Poncokusumo, dan Singosari di mana penulis sering kulakan hasil pertanian menunjukkan bahwa penurunan generasi muda untuk menjadi petani tidaklah begitu mengkawatirkan.Â
Alasannya pertanian bukanlah sebuah usaha padat karya yang membutuhkan tenaga sepenuhnya. Sebagai contoh, penulis sendiri hanya kadang kala mengajak putri ke ladang dan kebun saat panen. Sedang pada saat pengolahan kami lebih sering menggunakan tenaga para buruh tani yang justru amat membutuhkan pekerjaan.
Bagaimana mereka yang tidak mempunyai lahan? Tak dapat dipungkiri, banyak petani yang bekerja sebagai buruh saja atau petani pengolah dengan hasil pas-pasan. Maka hidup sebagai petani yang tidak menjanjikan tentu akan ditinggalkan.
Pengalaman penulis sebagai seorang guru, ternyata di antara puluhan siswa yang bercita-cita menjadi dokter, arsitek dan konstruktor, lawyer, guru, dan pilot, ternyata ada juga yang tertarik menjadi petani. Bahwa satu dua ada yang meleset namun harus diakui ada juga yang berhasil menjadi petani. Bukankah menjadi petani bukan hanya harus bekerja di sawah dan di ladang?
Sekedar menanyakan cita-cita tak ada artinya jika tidak ada pengenalan bagaimana hidup sebagai petani di negeri agraris yang subur ini. Mengajak terjun langsung di lahan pertanian adalah hal luar biasa. Bisa saja dengan para petani atau pun bekerjasama dengan instansi terkait termasuk pihak swasta yang mengelola pertanian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H