Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mereka Memang Sungguh Tangguh!

20 Mei 2019   00:15 Diperbarui: 21 Mei 2019   21:28 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua sosok berbeda namun sama-sama tangguh!

Mungkin ada yang bertanya, apa hubungannya foto Mbak Tamita dengan salah satu masyarakat Suku Tengger di atas dengan judul tulisan ini. Memang ini hanya ilustrasi namun kedua sosok di atas bisa menggambarkan apa yang selama ini saya rasakan ketika hidup bersama masyarakat Suku Tengger dan Kompasianer.

Dua hal yang jauh berbeda namun takdir mempertemukan Mbak Tamita anggap saja sebagai gambaran Kompasianer (K'er), dan Pak Manto salah satu warga Ngadas gambaran seorang Suku Tengger saat tiga Kompasianer saya undang ke desa kami.

Sebut saja namanya P. Manto lelaki senja yang telah berumur lebih dari 75 tahun namun demikian tetap saja tangguh sebagai seorang petani yang harus bekerja keras di ladangnya di sebuah perbukitan terjal selatan Desa Ngadas di antara lereng Bromo dan Semeru. 

Badannya yang sedikit bungkuk namun tetap kuat menjalankan kehidupannya sebagai petani. Bukan hanya itu, sebagai seorang penganut Buddha Jawa Sanyata ia selalu rajin mengikuti puja sesanti di Sanggar Pasembahan Vihara Paramitha setiap hari rabu. Bahkan setelah usai puja sesanti, beliau tetap menjalankan tugas sebagai seorang anggota keluarga sekali pun belum berganti baju selain melepas sarungnya.

Pulang puja sesanti langsung bekerja. Dokpri
Pulang puja sesanti langsung bekerja. Dokpri
Tentang Mbak Tamita, sebagai seorang Kompasianer yang demikian aktif, termasuk di komunitas Ladiesiana dan Rumpies The Club atau RTC adalah gambaran betapa tangguhnya para Kompasianer. Siapa yang tak kenal Mbak Tamita?

Sebagai seorang K'er, saya merasakan betapa para K'er adalah orang-orang tangguh yang tahan banting. Lebih dari itu mereka adalah para cendikiawan dan penulis dengan genre masing-masing yang tak terbantahkan.

Satu-dua kali saya pernah menemui K'er secara langsung, misalnya Mas Jati-Jogja, Mbak Aridha Prasetya-Surabaya, Alm. Mas Wahyu, atau anggota Bolang, sekali pun ada 1-2 yang tidak ketemu walau sudah janjian.

Tiga-empat kali pernah berbincang secara langsung dengan waktu yang cukup lama misalnya dengan Desol Desi, Lilik Fatimah A, Mbak Aridha P, Ikrom Zaim, Eren K, serta dua orang lainnya tapi lupa namanya karena mereka sudah tak aktif lagi.

Bersama Mbak Tamita, Mas Rahab Ganendra, Mbak Aridha P, dan Mbak Avy pernah seperjalanan sehingga bisa bertukar pikiran dan pengalaman.

Mbak Nurchasanah, tokoh Rumpies The Club. Dokpri
Mbak Nurchasanah, tokoh Rumpies The Club. Dokpri
Lewat Blogshop, Modis dengan Walikota Surabaya Bu Risma, serta ICD dan Kompasianival yang hanya saya satu kali namun dari pembicaraan yang santai, saya pun bisa menggambarkan betapa mereka adalah orang-orang yang tak dapat dipandang sebelah mata. Sebut saja Mas Rinaldi Sikumbang, Mas Edi P, Opa Jappy, Mbak Listya, Mas Ign. Joko, Mbak Wahyu Sapta dan Mbak Siti Nurchasanah, Mas Djulianto-ahli menulis museum, dan Mbak Sri Subekti, Mbak Maria G. Soemitro, Mbak Marla, Mbak Little Purple Sandal, dan beberapa K'er lainnya. 

Atau dengan 10an K'er yang tak pernah bertemu namun pernah juga berbagi info lewat WA atau sekedar saling sapa lewat messenger. Mereka ini yang menjadi salah satu penyemangat saya untuk berbagi pengalaman di bidang sosial dan budaya serta pertanian dan pendidikan.

Berkenalan dengan para K'er ini akhirnya bisa mengantar saya untuk mengenal diri saya sebagai seorang K'er yang masih perlu belajar banyak. Satu hal yang masih saya ingat ucapan Mbak Tamita dan Mas Rahab Ganendra ketika di dalam jeep hardtop menuju Bromo yang mengatakan 'tetap saja  pada genre Mas Ukik di bidang sosial sebab di situlah dunia Mas Ukik'

Memang saya beberapa kali menulis cerpen dan puisi terutama dalam Bahasa Jawa namun ada yang saya hapus karena diikutkan lomba dan menang, maka sesuai permintaan panitia harus dihapus.

Sepulang dari Kompasianival 2018 dengan membawa pulang dua piala, saat tidur di Hotel Senen saya merenung 'pantaskah mendapat dua piala ini. Sebab para K'er lain adalah manusia-manusia tangguh yang lebih dari saya.

Hari ini, Senin, 20 Mei 2019 sudah tujuh tahun saya menjadi K'er untuk lebih banyak belajar agar tak ada lagi yang menegur lewat inbox atas komen dan tulisan saya. Saya memang bukan Semar seperti dalam dunia pewayangan yang banyak memberi nasehat dan contoh baik. Mungkin saya hanyalah Dursasono yang berusaha jadi Kumbakarno. 

Di mana mereka sekarang? Dokpri
Di mana mereka sekarang? Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun