Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wajah-wajah Penuh Harap Para Pengais Rejeki di CFD Malang

19 Mei 2019   12:35 Diperbarui: 19 Mei 2019   23:03 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Istirahat untuk membaca. Dokpri

Tidak seperti biasanya, kegiatan Car Free Day pada hari ini Minggu, 19 Mei 2019 tak semeriah minggu-minggu sebelumnya. Bisa dimaklumi karena saat ini sedang masa puasa. Kegiatan olahraga ringan seperti senam hanya ada di ujung utara Jalan Besar Ijen, sedang latihan meditasi hanya ada di ujung barat Jalan Puncak.

Di kiri dan kanan Museum Brawijaya yang biasanya ramai penjual makanan hanya ada beberapa penjual pakaian dan asesoris yang sepi pengunjung. Tak ramainya pengunjung membuat sedikit lesu wajah-wajah para pedagang mainan anak-anak. Demikian juga bagi para pemulung yang biasanya mengais sampah-sampah plastik dan kertas sisa-sisa minuman dan makanan dalam kemasan.

Demikian juga bagi para pemilik dokar yang menunggu penumpang di depan Museum Brawijaya dan penjual koran tampak sedikit lesu. Salah satu kusir tampak sedikit tertunduk ngantuk. Mungkin setelah saur dan subuhan belum sempat tidur.  Sedang penjual koran justru asyik membaca berita dari koran yang dijualnya.

Minum untuk melegakan tenggorokan yang gatal. Dokpri
Minum untuk melegakan tenggorokan yang gatal. Dokpri

Terus menabuh sekalipun ngantuk. Dokpri
Terus menabuh sekalipun ngantuk. Dokpri

Di depan Perpustakaan Umum Malang, penabuh drum komedi kera tampak terkantuk-kantuk memukul drum sekenanya.

Hidup perlu makan. Untuk mendapat makanan harus bekerja. Mereka telah bekerja sesuai dengan ketrampilan dan kemampuan yang dimiliki. Tak peduli sekarang masa puasa atau tidak, mereka berusaha mengais rejeki semampunya.

Biasanya seorang pemulung bisa mendapat sekarung plastik dengan berat 5 kg yang dapat dijual seharga 15,000 saja kini hanya mendapat setengah karung, kata seorang pemulung yang usianya sekitar 75 tahun asal Krebet sekitar 15 km dari Ijen.

Lain lagi menurut seorang pemulung tua yang menderita sakit batuk cukup kronis dari daerah Kedungkandang yang hanya mendapat kertas dan kardus bekas bungkus makanan tak lebih dari 2 kg yang jika diuangkan hanya seharga 10 ribu saja.

Menunggu pembeli. Dokpri
Menunggu pembeli. Dokpri

Ngantuk.Dokpri
Ngantuk.Dokpri

Istirahat untuk membaca. Dokpri
Istirahat untuk membaca. Dokpri

Tak beda jauh dengan mereka, nasib para pedagang mainan dan kusir dokar serta kelompok komedi kera. Pagi ini mereka hanya mendapat sekitar 20 ribu saja.

Wajah lesu namun kadang masih menebar senyuman sekedar menyapa pengunjung agar dagangannya laku. Atau tersenyum kala ada yang menyapa dan mengajak sedikit berbincang bertukar cerita. Apalagi jika ada yang memberi sedikit makanan atau bingkisan untuk persiapan hari lebaran, sekalipun mereka tak meminta.

Sebuah senyuman yang tulus dari wajah yang kadang lesu menanggung beban kehidupan yang harus dijalani.

Bukan bermain balon busa. Dokpri
Bukan bermain balon busa. Dokpri

Mencari pembeli. Dokpri
Mencari pembeli. Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun