Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mahabarata, Pendeta Durna Gugur Akibat Hoaks

10 Mei 2019   10:33 Diperbarui: 10 Mei 2019   11:22 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh mengejutkan dirinya kala di sini Pendita Durna mendengar Aswatama mati. Dalam pikiran Sang Durna, Aswatama yang mati adalah Bambang Aswatama putra tunggal Sang Durna. 

Kelelahan di tengah hiruk pikuknya suara lantang pasukan Pandawa yang berteriak 'Aswatama mati....Aswatama mati...Aswatama mati....' Ia pun turun dari kereta dan mendekati Yudhistira sang satria putih karena kejujurannya.

"Anakku Bambang Aswatama tidak ikut bertempur namun ikut tewas di sini. Benarkah Aswatama mati?"

Sang satria putih hanya menunduk ragu untuk mengatakan. Sang Durna pun semakin penasaran. Sikap diam Yudistira dianggapnya sebuah kebenaran. Sang Durna pun bertanya kembali dengan nada lembut "Benarkah Aswatama mati...?"

Yudistira yang dilanda kegalauan pun menjawab lembut "Esti Aswatama pejah" Sebuah jawaban yang menghenyak dan melumpuhkan Sang Durna yang sudah renta dan berkurang pendengaran dan nalarnya.

Apa yang dikatakan Yudistira "Esti...Aswatama pejah" dalam Bahasa Jawa sebenarnya lebih berarti "Gajah Aswatama mati" Sebab esti artinya gajah. 

Namun daya tangkap pendengaran Sang Durna yang sudah turun dan di tengah hiruk pikuknya suara jeritan kekalahan prajurit yang sekarat dan teriakan kesombongan para pemenang, Sang Durna menangkap ucapan Yudistira dengan "Esti...Aswatama pejah" yang artinya 'Benar..... Aswatama mati' Sang Durna menganggap Bambang Aswatama anaknya telah tewas!

Siapa pun tentu akan berduka jika mendengar kematian anaknya, apalagi dengan cara yang tak diharapkan. Durna pun sontak duduk dalam kekalutan di depan Pandawa.

Pemuda Drestajumena melihat lelaki senja tak berkutik langsung mengambil senjata dan menebas leher Sang Durna hingga tewas secara tragis. Semua kecewa. Tak terkecuali Yudistira yang termakan bujukan halus Kresna untuk secara tidak langsung menyebarkan berita bohong tentang kematian Aswatama. Gajah Aswatama.

Titik air mata tak akan menghapus sebuah kebohongan atau hoax sekecil apa pun yang bisa merusak tatanan dan etika dalam pergaulan di mana pun termasuk dalam kehidupan politik bernegara. Kresna, Sang Diplomat mungkin hanya bisa tersenyum dalam hati saja dan tak mungkin menunjukkan kegembiraanya di depan umum. 

Selain para prajurit yang ada di lapangan merasa gembira dan bersorak sorai merayakan kemenangan dengan kematian Durna yang dianggapnya guru licik dan agak culas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun