Dalam sebulan terakhir intensitas curah hujan boleh dikatakan tinggi sekali. Â Bukan hanya sekedar hujan lebat namun juga diiringi angin kencang sehingga menimbulkan badai yang membuat sebagian orang takut saat dalam perjalanan. Entah takut tertimpa dahan dan pohon roboh malah juga kebat-kebit ketiban baliho-baliho yang tertanam dan terpasang tak sempurna.
Bahkan yang ada di rumah pun merasa kuatir jika salah satu bagian atap rumah terbang terbawa angin yang tentunya akan mengakibatkan kebocoran dan tentu saja menyebabkan banjir lokal di dalam rumah. Bisa juga mereka yang ada di dalam rumah takut atau setidaknya kuatir jika rumahnya tertimpa dahan patah atau pohon roboh.
Penulis sendiri yang senang menjelajah alam dan suka tantangan alam toh kadang merasa kebat-kebit jika melintasi jalan setapak di tepi hutan atau melintasi kaldera dan lautan pasir Gunung Bromo saat hujan. Sambaran petir dan tamparan angin ribut yang bisa saja menghempaskan ke tanah dan membuat tak berkutik. Tapi syukurlah setiap kali diterjang badai di kaldera Bromo atau dimana pun senantiasa mendapat pertolongan dari Tuhan Allah Yang Maha Kasih lewat tangan-tangan sesama. Ini tentunya karena doa-doa yang kupanjatkan lewat lantunan lagu yang sering kami nyanyikan bersama keluarga dan gereja atau saat saya sedang sendiri dalam perjalanan.
Hanya PadaMu Tuhan
Ketika badai melanda hidupku, ku berlindung padaMu Tuhan
Pabila ombak menimpa jalanku, ku bersandar padaMu Tuhan
Hanya padaMu Tuhan  harapku telah kupautkan
Hanya padaMu Tuhan  hidupku akan kuserahkan
Kuatir talang dan saluran air hujan di atap tertutup dedaunan yang rontok sehingga membuat kebocoran di dalam ruangan. Takut ada dahan patah bahkan pohon roboh yang tentunya amat berbahaya bagi keselamatan warga sekolah atau setidaknya menimpa bangunan yang menyebabkan kerusakan.
Kekuatiran yang cukup besar ini karena luas lahan yang menjadi pengawasan penulis luasnya sekitar 11 hektare yang tersebar di 3 lokasi berbeda dan semua merupakan kawasan hijau dengan ratusan pohon besar yang umurnya lebih dari 25 th. Mulai dari pohon mahoni, filisium, klerak, karet, trembesi, kelapa, beringin, ipik, pinus, cemara hutan, rumpun bambu, dan palem.
Dahan patah dan pohon tumbang masih saja terjadi. Daun rontok karena angin mendadak bersama turunnya curah hujan lalu terbawa arus dan menutup saluran air. Maka banjirlah halaman sekolah kami. Banjir memang tidak sampai lebih dari 40cm dan segera surut. Namun bagaimana pun juga meninggal tanah becek yang licin. Ini sungguh mengkawatirkan bagi mereka yang lewat.
- Periksa dan bersihkan secara rutin saluran air limbah dan air hujan yang ada di sekitar bangunan dan halaman serta bangunan.
- Buat biopori dan saluran resapan yang memadai.
- Hindari pembetonan dan pengaspalan jalan dan halaman, sebaiknya menggunakan paving blok.
- Bangun atau ciptakan ruang hijau terbuka dengan menanam rerumputan dan bunga.
- Tanam pohon-pohon atau tanaman keras yang rimbun dan menghasilkan banyak oksigen. Seperti trembesi, filisium, dan beringin.
- Periksa dan rawat tumbuh kembang tanaman dan pohon. Segera pangkas dan potong  dahan dan pohon yang tua dan rapuh. Tanam kembali dengan tanaman baru.
- Sediakan tempat sampah yang memadai. Bila perlu bangun Tempat Penampungan Sementara atau TPS.
- Bekerjasama dengan warga setempat untuk membuat dan menjaga saluran air.
- Bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup untuk mengambil sampah dari TPS sekolah serta membantu saat ada masalah lingkungan hidup. Misalnya saluran air limbah mampet atau ada pohon tumbang.
- Ajak secara disiplin warga sekolah untuk menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan.
Tak terlalu sulit untuk menjalankan langkah di atas. Hanya niat dan tekad yang teguh akan bisa mencegah atau setidaknya mengurangi dampak yang tidak diharapkan jika terjadi hujan badai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H