Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Potret Penjaja Makanan Jalanan di Depan Sekolah

25 Januari 2019   14:33 Diperbarui: 26 Januari 2019   15:00 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada pepatah Jawa yang berbunyi 'Ora obah ora mamah' yang artinya jika seseorang tidak bekerja maka tidak akan makan. Makan atau pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh setiap insan, maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut seseorang harus bekerja. 

Memang pada akhirnya hasil dari bekerja bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan pangan saja, tetapi juga sandang dan papan serta kebutuhan dan keinginan lainnya seperti rekreasi atau hiburan.

Bekerja untuk mendapat penghasilan ( dalam arti uang ) bukanlah hal yang mudah di jaman yang serba materialistis dan penuh persaingan. Hidup seakan menjadi kompetisi di mana yang kuat akan tetap bertahan. 

Ketika persaingan semakin ketat maka perlu kreatifitas yang tinggi. Urip kudu ubet. Hidup harus banyak akal. Pepatah Jawa juga mengatakan demikian.

Dokpri
Dokpri
Bekerja menjadi karyawan dengan hasil yang pasti dan cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok, atau menjadi pegawai negeri sipil dengan gaji dan tunjungan yang besar adalah harapan kebanyakan orang. 

Demikian juga menjadi seorang pengusaha yang sukses sekalipun dalam skala kecil. Namun, nasib kadang berbicara lain. Sekalipun ia mempunyai pendidikan yang bagus.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Pagi ini, penulis jalan-jalan menikmati indahnya mendung dan gerimis pagi yang menyelimuti Kota Malang dan mengajak berbincang dengan para pedagang kuliner jalanan yang sedang mangkal di depan sebuah sekolah yang gerbangnya tertutup rapat. 

Penulis sebut kuliner jalanan bukan K5 karena dalam berjualan mereka berpindah-pindah dari satu sekolah ke sekolah atau satu tempat ke tempat lain. Jadi bukan menetap di satu tempat saja sekalipun hanya di trotoar.

Sebut saja mereka adalah Jaenuri, Jalil, Jaka, Jaiman, dan Juned yang berjualan es serut, cilok, tahu krispi, sempol, kue pukis, dan mainan anak-anak. 

Mereka adalah kaum muda kreatif yang berusaha mencari nafkah dengan usaha sendiri tanpa terikat pada perusahaan. Sekalipun yang dijual hanya merupakan makanan kecil atau cemilan yang harganya tak lebih dari 4 ribu rupiah.

Jalil adalah lulusan ekonomi sebuah perguruan tinggi swasta. Dulu ia bekerja di sebuah pabrik yang harus keluar ketika terjadi rasionalisasi. Lalu bekerja di sebuah toko sepatu dengan gaji kurang dari UMK. Tiga bulan bertahan ia pun memutus keluar dan berjualan es aneka buah di gerobak.

Jaenuri adalah seorang lulusan SMK yang pernah bekerja di sebuah toko bangunan. Sebagai lelaki ia dijadikan tenaga serabutan. Kadang mengantar material. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun