Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Karena Laut, Kami Bertahan Hidup

11 Desember 2018   10:10 Diperbarui: 11 Desember 2018   10:19 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumpon atau apartement fish terbuat dari limbah untuk rumah ikan di pantai. (dok. pribadi)

Satu hal yang cukup istimewa ketika saya diundang Admin Kompasiana untuk meliput kegiatan CSR ( Corporate Social Responsibility ) PT. PJB ( Pembangkit Jawa Bali ) UP -- Paiton pada Jumat, 30 November -- Sabtu, 1 Desember 2018.

Penulis katakan istimewa karena peliputan ini menyangkut kegiatan CSR  PT. PJB UP -- Paiton sebagai salah satu kandidat penerima penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( KLHK ) dalam menjalankan PROPER ( Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan )  di bidang pengelolaan lingkungan.

Di sisi lain, penulis sendiri bisa memetik nilai-nilai positif yang dijalankan oleh  CSR  PT. PJB UP -- Paiton di wilayah yang menjadi tanggungjawab sosialnya yakni Desa Wisata Binor Harmony ( Dewi Bohay ), Probolinggo.

Nilai-nilai positif inilah yang bisa dijadikan perbandingan dengan CSR yang dilakukan yayasan di mana penulis berkecimpung. Sebab menjalankan program CSR yang berguna secara langsung maupun tidak bukanlah hal yang mudah. Apalagi melibatkan masyarakat yang majemuk.

Hj. Chostifah, Kepala Desa Binor sedang berdialog dengan Bpk. Djisman - Ketua Dewan PROPER (kanan). (dok. pribadi)
Hj. Chostifah, Kepala Desa Binor sedang berdialog dengan Bpk. Djisman - Ketua Dewan PROPER (kanan). (dok. pribadi)
Green House yang dibangun untuk menunjang kegiatan Postaklim Desa Binor. (dok. pribadi)
Green House yang dibangun untuk menunjang kegiatan Postaklim Desa Binor. (dok. pribadi)
Kehidupan masyarakat nelayan Desa Binor sebelum ada program CSR dari PT. PJB UP - Paiton.

Desa Binor yang berada di wilayah ring-1 PLTU Paiton pada awalnya adalah desa yang kondisi perekonomiannya tak terlalu bagus seperti halnya desa-desa nelayan yang masyarakatnya terjebak dalam kungkungan para para pengijon dan tengkulak. Di mana para nelayan yang kebanyakan tak punya perahu harus menyewa pada juragan perahu dengan harga yang mahal serta harus menjual ikan hasil tangkapannya dengan harga murah kepada para pemilik atau juragan perahu.

Inilah yang menyebabkan masyarakat nelayan Desa Binor sulit mencapai taraf kehidupan yang lebih sejahtera. Sehingga untuk meningkatkan pendapatannya, para nelayan mengambil jalan pintas dalam mencari ikan dengan menggunakan bom ikan atau yang lebih dikenal dengan istilah bondet dan menggunakan jaring pukat.

Dengan menggunakan bom ikan tentu mematikan anak-anak ikan sehingga ke depannya hasil tangkapan semakin menurun dan berbahaya bagi keselamatan para nelayan. Sedang menggunakan jaring pukat akan merusak ekosistem dan kehidupan biota laut di sekitar Pantai Binor.

Keadaan yang demikian memprihatinkan, pihak PT. PJB UP -- Paiton melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) terpanggil untuk memperbaiki pola hidup dalam mencapai kesejahteraan tanpa merusak alam. Mengubah pola pikir dan pola hidup masyarakat yang masih sederhana bukanlah hal yang mudah tanpa melibat warga masyarakat itu sendiri.

Di sinilah kejelian pihak PT. PJB UP -- Paiton bisa menemukan tokoh dan beberapa warga yang bisa dijadikan pioner dan bekerjasama untuk memajukan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Binor.

Dua Srikandi Desa Binor dan Bu Tinggi atau Lurah Desa Binor di salah satu sudut Green House. (dok. pribadi)
Dua Srikandi Desa Binor dan Bu Tinggi atau Lurah Desa Binor di salah satu sudut Green House. (dok. pribadi)
Salah satu tanaman di green house (dok. pribadi)
Salah satu tanaman di green house (dok. pribadi)
Ibu Hj. Chostifah -- Lurah Desa Binor

Pada masa kini, kepala desa atau lurah dijabat seorang wanita bukanlah hal yang aneh. Namun di wilayah yang paternalistis seperti di daerah pesisir sungguh luar biasa. Apalagi bisa mengubah pola pikir dan menggerakkan seluruh lapisan masyarakat untuk memajukan desanya dari berbagai sisi.

Pantai Binor yang berpasir hitam dan lima tahun lalu terkesan kumuh dan jorok memang kurang menarik bagi wisatawan. Dikatakan jorok karena warga sering membuang sampah dan di sepanjang tepi pantai pada saat pagi hari  dijadikan tempat BAB warga desa yang kebanyakan belum mempunyai tempat MCK yang memadai. 

Tergerak untuk menjadikan pantai yang bersih agar menarik wisatawan maka setiap pagi setelah sholat subuh, Ibu Hj. Chostifah berdiri di tepi pantai untuk menghadang dan mengingatkan warga untuk BAB di kamar kecil masing-masing atau di MCK yang telah disediakan.

Setelah tiga tahun menjabat sebagai lurah dan tak pernah jemu menghadang mereka yang akan BAB, akhirnya Pantai Binor menjadi bersih sehingga menarik wisatawan. Apalagi pihak PT. PJB UP -- Paiton juga telah mengadakan penghijauan dengan menanam cemara laut dan hutan bakau (mangrove) yang kini telah menampakkan keindahannya.

Di sisi lain, Ibu Hj. Chostifah sebagai seorang wanita ingin kaum hawa di desanya juga terlibat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Beliau tidak ingin, para wanita hanya duduk-duduk ngerumpi omong kosong pada saat para pria melaut mencari ikan. Beliau pun merangkul dan mengajak para wanita melalui Posyandu, Pokja 3 PKK, dan Fatayat NU yang disebutnya sebagai Srikandi Desa Binor untuk meningkatkan ketrampilan dan ekonomi keluarga dengan membuat greenhouse yang ditanami sayuran yang bisa untuk memenuhi dan meningkatkan kebutuhan gizi keluarga.

Untuk kegiatan ini, 20 orang Srikandi telah dilatih untuk pembenihan dan pembibitan sayuran yang akan ditanam di 1 unit greenhouse yang telah dibangun pihak PT. PJB UP -- Paiton. Kegiatan ini merupakan program yang disebut Posyandu Berketahanan Iklim (POSTAKLIM).

Selain itu, anggota Posyandu Berketahanan Iklim (POSTAKLIM) juga dilatih membuat aneka camilan dan minuman herbal yang bisa dijual di lapak-lapak yang telah disediakan pihak PT. PJB UP -- Paiton. Lapak-lapak ini dibuka di tepi Pantai Binor pada hari minggu dan hari libur saat banyak wisatawan.

Produksi para Srikandi Desa Binor (dok. pribadi)
Produksi para Srikandi Desa Binor (dok. pribadi)
Mencicipi makanan hasil olahan para Srikandi. (dok. pribadi)
Mencicipi makanan hasil olahan para Srikandi. (dok. pribadi)
Johan Oktariyanto

Lelaki muda yang baru berusia 35 tahun lulusan SMA ini pada awalnya adalah seorang karyawan atau tukang las dari salah satu perusahaan rekanan PT. PJB UP -- Paiton. Melihat kehidupan dan perekonomian warga Desa Binor yang belum sejahtera, ia pun memutuskan meninggalkan pekerjaannya untuk melakukan aksi nyata dan menjadi pioneer mengubah pola pikir masyarakat untuk hidup lebih baik dan sejahtera tanpa merusak alam.

Seperti halnya Ibu Hj. Chostifah sebagai lurah bisa menjadi penggerak bagi masyarakat Desa Binor, demikian juga Johan Oktariyanto bisa menjadi penggerak bagi kaum pria atau nelayan Desa Binor dengan bekerjasama dengan pihak PT. PJB UP -- Paiton dalam program Rehabilitasi Pantai dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir disingkat RANTAI PASIR.

Aksi nyata yang telah dilakukan oleh Mas Johan ini adalah kampanye mencari ikan berkelanjutan, artinya tidak merusak alam sehingga kehidupan ikan di laut tetap terjaga. Ini dilakukan dengan caratidak dengan menggunakan bom ikan atau bondet dan jaring pukat tetapi dengan cara memakai bubu atau wuwu untuk menjebak ikan. Selain itu membuat rumpon atau rumah ikan ( apartement fish ) sebagai tempat tinggal ikan. Hal yang amat menarik lainnya, Mas Johan menjadi inisiator Desa Binor menjadi daerah tujuan wisata bahari.

Johan Oktariyanto pemuda pioner sedang menjelaskan kegiatan para nelayan Pantai Binor pada Ketua Dewan Proper. (dok. pribadi)
Johan Oktariyanto pemuda pioner sedang menjelaskan kegiatan para nelayan Pantai Binor pada Ketua Dewan Proper. (dok. pribadi)
Dialog di depan lahan penghijauan cemara laut. (dok. pribadi)
Dialog di depan lahan penghijauan cemara laut. (dok. pribadi)
Rumpon atau apartement fish terbuat dari limbah untuk rumah ikan di pantai. (dok. pribadi)
Rumpon atau apartement fish terbuat dari limbah untuk rumah ikan di pantai. (dok. pribadi)
Pihak PT. PJB UP -- Paiton yang mempunyai tanggungjawab sosial telah memfasilitasi mereka untuk mengirim dalam pelatihan menyelam sehingga mereka bisa menjadi pemandu wisata bahari yang mempunyai Sertifikat Selam A1.

Hasil nyata dari usaha Mas Johan dalam kerjasama dengan program PT. PJB UP -- Paiton ini di antaranya adalah meningkatnya jumlah wisatawan yang hingga Nopember 2018 bisa mencapai 168.840 wisatawan lokal dan manca negara.

Meningkatkan taraf kehidupan dan kesejahteraan masyarakat yang telah diprogramkan pemerintah dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai tanggungjawab sosial tak akan mudah dicapai tanpa peran masyarakat, tokoh, dan pemimpinnya.

Ibu Hj. Chostifah -- Lurah Desa Binor dan Johan Oktariyanto, serta warga yang terlibat dalam komunitas tersebut adalah teladan terbaik bagi kita.

Nelayan dengan hasil tangkapannya dan perahu fiber Pantai Binor (dok. pribadi)
Nelayan dengan hasil tangkapannya dan perahu fiber Pantai Binor (dok. pribadi)
Bukan rekreasi atau bermain. Melihat terumbu karang dan biota laut yang masih terjaga. (dok. pribadi)
Bukan rekreasi atau bermain. Melihat terumbu karang dan biota laut yang masih terjaga. (dok. pribadi)
Salah satu sudut Pantai Binor dengan lapak bantuan CSR PT. PJB UP - PAITON (dok. pribadi)
Salah satu sudut Pantai Binor dengan lapak bantuan CSR PT. PJB UP - PAITON (dok. pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun