Jauh sudah padang rumput dan padang pasir kulewati
Dalam sudah lembah-lembah kuturuni
Tinggi sudah bukit dan gunung kudaki
Tak lelah kaki ini melangkah beribu tapak maju mencari kesegaran hidup
Sebelum kuingin menyegarkan yang lain dengan air kehidupan yang membawa kedamaian
Tinggi sudah tangga menuju ke singgasana hujan kunaiki
Dalam kelamnya badai aku tak takut
Dalam gemuruhnya ombak aku tak ngeri
Dalam sepinya penantian aku tak jenuh
Dalam gelapnya malam aku tak gentar
Hanya demi air kehidupan yang akan menyegarkan jiwaku
Di tepian sungai dalam kecerian anak-anak kampung yang sedang mandi hanya air keruh yang kulihat
Tak adakah air kehidupan yang menyegarkan?
Kulangkahkan kaki ini terus tuk menemukan kedamaian yang menyegarkan
Haruskah kusesap butiran embun di dedaunan padi yang segera lenyap dihisap terik matahari?
Haruskah kuhirup uap yang membara?
Akan aku bisa merasakan kesegaran air kehidupan ini yang akan segera melunturkan lekatan-lekatan keinginan yang terus menempel
Ah ternyata aku belum mau menyegarkan hati selain keinginan diri tuk melangkah mencari
Aku terus melangkah dan melangkah tiada henti walau mentari telah bersembunyi di balik dedaunan hutan
Tak peduli kering sudah tenggorokan ini walau sebotol air masih kugenggam
Senyum sapa yang menyadarkan aku, ia sedang membutuhkan air kehidupan sepertiku
Sebotol air yang sangat menyegarkan dirinya juga menyegarkan jiwaku
Jiwa yang terus mencari air kehidupan yang mendamaikan
Di tepi hutan di ujung pencarian ini telah kutemukan air kehidupan yang ada di hati
Air yang memberi arti bagi kehidupan sesama bukan keinginan diri mencari kedamaian
Air yang menyegarkan dan memberi kehidupan sesama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H