Memandang sawah membentang hijau subur nan luas setiap orang tentu merasa senang. Mata, pikiran, dan hati tentu terasa segar. Pun demikian bagi pemilik atau pengelolanya. Panenan yang melimpah adalah harapan yang selalu dibayangkan. Ditambah lagi harga gabah yang lumayan bagus.
Yang tampak indah mempesona di mata tak selamanya indah dirasakan. Ketika padi masih berumur dua bulan menjelang berbunga ternyata beberapa rumpun padi telah berbunga bersamaan dengan rumpun rumput jawan yang ikut ndompleng hidup dan berbunga di tengah rumpun padi yang subur.
Kehadiran padi yang berbunga dan mekar dahulu ini ternyata mengundang para perampok yang tak kenal takut. Dia adalah walang sangit.Â
Walang yang panjangnya tak lebih dari 2,5 cm datang berbondong-bondong bersama keluarga dan sanak saudaranya serta sahabat dan temannya menyerbu sawah lalu hinggap menghisap sari bunga padi dengan rakusnya.Â
Tak peduli pagi hingga siang atau sore dan malam. Kala terik matahari menyengat atau saat gerimis melanda sawah. Mereka berpestaria.
Walang sangit juga tak takut burung atau pemangsa sebab memang tak ada yang doyan. Bau sengir menyengat membuat para pemangsa mual dulu sebelum menyikatnya. Bahkan dengan jepretan kamera hape dari jarak kurang dari 10cm saja mereka tetap bertahan.
Walang sangit hanya takut dengan uap pestisida kala padi sedang disemprot. Herannya kala mereka mencium pestisida secara alami langsung mengungsi berbondong-bondong kererimbunan belukar di kebun-kebun pinggir sawah atau rerumputan.Â
Sebagian memang mengelepar tewas mengenaskan. Namun banyak juga yang selamat bersembunyi di kegelapan perdu.
Bumi pertiwi Nusantara ini sungguh indah dan subur. Alangkah bahagia dan sejahteranya jika semua bekerja dan bukan hanya berpestaria untuk menguasai dan menikmati saja.
Rahayu....rahayu....rahayu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H