Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kala Walang Sangit Pesta Pora di Sawah

17 November 2018   20:03 Diperbarui: 19 November 2018   19:27 1406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merampok kesuburan sebelum berbuah. Dokpri

Memandang sawah membentang hijau subur nan luas setiap orang tentu merasa senang. Mata, pikiran, dan hati tentu terasa segar. Pun demikian bagi pemilik atau pengelolanya. Panenan yang melimpah adalah harapan yang selalu dibayangkan. Ditambah lagi harga gabah yang lumayan bagus.

Yang tampak indah mempesona di mata tak selamanya indah dirasakan. Ketika padi masih berumur dua bulan menjelang berbunga ternyata beberapa rumpun padi telah berbunga bersamaan dengan rumpun rumput jawan yang ikut ndompleng hidup dan berbunga di tengah rumpun padi yang subur.

Kehadiran padi yang berbunga dan mekar dahulu ini ternyata mengundang para perampok yang tak kenal takut. Dia adalah walang sangit. 

Walang yang panjangnya tak lebih dari 2,5 cm datang berbondong-bondong bersama keluarga dan sanak saudaranya serta sahabat dan temannya menyerbu sawah lalu hinggap menghisap sari bunga padi dengan rakusnya. 

Tak peduli pagi hingga siang atau sore dan malam. Kala terik matahari menyengat atau saat gerimis melanda sawah. Mereka berpestaria.

dokpri
dokpri
Pesta pora bersama keluarga dan sahabatnya. Dokpri
Pesta pora bersama keluarga dan sahabatnya. Dokpri
Serumpun padi yang berisi 4-5 batang padi bisa dihinggapi komunitas walang sangit yang jumlahnya antara 4-10 ekor. Mereka tak takut jaring laba-laba. Dan memang jarang walang sangit tersangkut jaring laba-laba. Entah mengapa.

Walang sangit juga tak takut burung atau pemangsa sebab memang tak ada yang doyan. Bau sengir menyengat membuat para pemangsa mual dulu sebelum menyikatnya. Bahkan dengan jepretan kamera hape dari jarak kurang dari 10cm saja mereka tetap bertahan.

Walang sangit hanya takut dengan uap pestisida kala padi sedang disemprot. Herannya kala mereka mencium pestisida secara alami langsung mengungsi berbondong-bondong kererimbunan belukar di kebun-kebun pinggir sawah atau rerumputan. 

Sebagian memang mengelepar tewas mengenaskan. Namun banyak juga yang selamat bersembunyi di kegelapan perdu.

Heran kok tak ada yang terjaring. Dokpri
Heran kok tak ada yang terjaring. Dokpri
Meninggalkan kerusakan pada padi muda. Dokpri
Meninggalkan kerusakan pada padi muda. Dokpri
Kala angin dan hujan membawa pergi uap atau cairan pestisida yang menempel di batang, daun, dan bunga padi, walang sangit pun datang kembali berpestaria. Kala perutnya sudah kenyang akan terbang meninggalkan tangkai padi yang berdiri mendongak tanpa isi. Sedih? Tentu saja.

Bumi pertiwi Nusantara ini sungguh indah dan subur. Alangkah bahagia dan sejahteranya jika semua bekerja dan bukan hanya berpestaria untuk menguasai dan menikmati saja.

Rahayu....rahayu....rahayu...

Sikat rumput jawan sendirian. Dokpri
Sikat rumput jawan sendirian. Dokpri
Rakus. Dokpri
Rakus. Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun