Ketika kita masih anak-anak mendengar kata hantu tentu sudah merinding. Bahkan ketakutan. Terbayang sosok tinggi besar dengan wajah merah atau hitam seram, mata melotot, gigi besar dan tonggos, serta rambut gimbal. Orang menyebutnya genderuwo. Belum lagi mendengar kata sundel bolong, kuntilanak, jrangkong, ndas glundung, pocong, thothok kerot, kemamang, dan masih banyak lagi sesuai dengan budaya dan wilayah.
Ketika usia beranjak dewasa dan nalar semakin berkembang sosok imajiner yang menakutkan lambat laun berkurang. Penulis katakan berkurang karena belum tentu seseorang yang tidak takut lagi pada genderuwo atau hantu saat di keramaian atau tempat yang benderang, namun pada saat sendiri dan kesepian apalagi di tempat yang gelap ternyata merinding juga bahkan takut.
Secara jujur, penulis pernah menggoda serombongan anak muda blingsatan yang akan mendaki Gunung Semeru dengan cara penulis merokok klembak menyan yang aromanya membuat merinding. Sontak beberapa anak muda langsung berbicara pelan minta ijin lewat 'nyuwun sewu mbah...nderek langkung' Artinya 'permisi mbah numpang lewat' Apalagi penulis melempar mereka dengan buah jambu air yang tak ada atau tumbuh di sekitar hutan tersebut. Mereka semakin terbirit-birit dan membuat penulis ngekek sendiri. Kisah ini sudah penulis posting di K tahun 2011.
Jika pembaca pernah jalan-jalan ke titik nol Jogja mungkin pernah melihat kumpulan anak muda yang mencari uang dengan memakai baju ala hantu untuk lebih menarik wisatawan memberi uang sekedarnya. Atau mungkin ketika lewat di tengah sawah atau pinggir ladang ada yang iseng membuat sosok mayat dari pakaian bekas dan jerami terikat di tiang atau pohon. Bahkan ada yang agak nakal lagi dengan membuat sesosok mayat menggantung di jendela bis yang baru saja kecelakaan. Sosok-sosok hantu ini sungguh menggelikan, sekalipun bagi sebagian orang membuat miris.
Pada masa kini, genderuwo dan teman-temannya semakin menggelikan saja. Karena bukan lagi sosoknya yang menakutkan. Tetapi dibentuk bukan dengan wujud atau sosok yang menyeramkan namun lebih dengan sifat-sifat imajiner yang bisa membuat orang takut. Parahnya sosok-sosok menakutkan ini dibentuk dari pribadi-pribadi dan organisasi atau komunitas yang berseberangan pandangan politiknya oleh seseorang atau kelompok untuk menakut-nakuti yang lain.
Genderuwo dan teman-temannya memang mahluk halus yang gak jelas wujudnya. Jadi tak perlu menakuti orang atau yang lain dengan isu-isu yang ga jelas. Justru membuat orang lain gelid an tertawa. Dan yang menebarkan justru ketakutan sendiri lalu ngumpet di rumah orang. Malu kan?