Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Sumelete Ati

26 Oktober 2018   13:13 Diperbarui: 26 Oktober 2018   14:43 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumelete bagaskara kabek padha ngrasakna

Sumelete ati sapa sing ngerti lan nglakoni

Sumeleti ati ditinggal kang ditresnani sapa arep nambani

Sang sri asih mung mesem ngawe-awe kanthi ujar rasakna dhewe....

Terjemahan

Menyengat sekali terik matahari yang berjalan lambat  di angkasa
Sekalipun Dewa Bayu meniup bumi menciptakan semilirnya angin di hamparan sawah menghijau
Namun kepala terasa mendidih seakan mau pecah
Pecah karena kuatir gagal panen karena sawah kering kerontang
Mendung yang menggantung hanya lewat tersapu angin
Mengajak merasakan perjalanan hidup seperti roda berputar
Sekarang di bawah kepanasan dan esok pagi di atas merasakan kesegaran hujan
Sekarang bahagia namun esok jangan sampai menderita
Seperti yuyu keluar dari liang yang kekurangan air dan menemukan air keruh namun berguna
Panas dingin harus dirasa tanpa keluhan
Terik matahari hanya dirasakan raga
Terik matahari semua akan merasakan
Tetiknya hati siapa  akan  mengerti dan menjalani
Sakitnya hati ditinggal kekasih siapa yang akan mengobati
Sang kekasih akan tersenyum melambaikan tangan dan berkata....rasakan sendiri...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun