Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filosofi | Kakek

21 Oktober 2018   13:20 Diperbarui: 22 Oktober 2018   06:05 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alm. Pak Misan salah satu pendeta Hindu yang sering berbincang dengan kami. Dokpri

Seorang kakek adalah pria yang berumur lebih dari 60 tahun atau pun yang telah mempunyai cucu.  Kebanyakan pria enggan disebut kakek, apalagi lansia. Karena sekalipun sudah berumur lebih dari 60 tahun karena masih bertenaga dan bersemangat untuk melakukan aktivitas apa pun. Boleh juga, namun jangan sampai mendapat sebutan kakek STNK. Semakin Tua Nakalnya Kumat.

Apa ada sih kakek nakal dan nakalnya bagaimana? Nakalnya anak-anak, remaja, dan kakek tentu berbeda, sekalipun kadang mirip jika si pribadi tersebut sejak kecil memang salah asuh. Sehingga sejak anak-anak hingga tua kadang waras kadang kumat. Mulai dari tangannya yang nggrathil, mulutnya yang asal njeplak, matanya yang suka lirak-lirik daun muda. Manusiawi. Karena manusia tempatnya salah. Oh tidak! Bagaimana pun juga jika sudah berumur lebih dari 60 tahun, seharusnya sudah banyak belajar dari pengalaman. 

Dalam budaya Jawa disebut madeg mandhita. Artinya sebagai orang yang sudah tua dan pengalaman yang ada seharusnya berdiri atau bersikap sebagai seorang pendeta. Orang yang menjauhi hal-hal yang duniawi dan lebih memusatkan diri sebagai orang yang pantas untuk memberi nasehat dan suri teladan bagi kaum muda.

Haruskah demikian bagi mereka yang sudah tua? Tentu saja. Karena secara kodrati alamiah sesuai dengan ciri-ciri fisik seorang kakek atau seusia kakek. Mari kita lihat ciri-ciri fisik kakek.

Dokpri
Dokpri
Rambut tipis dan beruban, bahkan botak.

Apa yang harus dipikirkan adalah hal-hal yang bersifat rohani, atau yang bersih syukur jika yang putih suci. Bukan hal-hal yang duniawi seperti rambutnya yang hitam dulu. Ambisius akan kedudukan dan kekuasaan serta kekayaan secara pasti harus ditinggalkan.

Mata rabun pandangan berkurang.

Kelopak hitam mata berkurang bahkan sedikit memutih dan pandangan mulai kabur. Artinya yang harus dilihat adalah ke dalam diri sendiri, batin dan mata hati. Bukan melihat dunia luar yang gemerlap dan menyilaukan sehingga lupa diri. Melihat diri sendiri dan memeriksa batin untuk menyadari kesalahan masa lalu sebagai pintu tobat untuk tidak berbuat salah lagi.

Pendengaran berkurang.

Sudah waktunya setiap saat untuk mendengarkan suara hati daripada bisikan-bisikan maut yang menggoda kehidupan yang justru akan menjerumuskan ke dalam kenistaan yang memalukan.

Pipi kempot, lidah kelu, dan mulut terbuka sulit bicara jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun