Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lembutnya Hati Pria dalam Mengasuh Anak

22 September 2018   11:37 Diperbarui: 22 September 2018   11:58 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada pendapat lelaki itu egois. Maunya sendiri. Seenaknya sendiri. Mau menang sendiri. Entah saat masih bujang atau saat sudah berkeluarga.

Sebaliknya, masih ada pendapat bahwa wanita itu kaum lemah yang dijajah pria. Sehingga dalam kehidupan sering harus mengalah pada kehendak kaum lelaki. Apalagi saat berkeluarga, sehingga hanya hidup di dalam kungkungan sumur, dapur, dan kasur termasuk dalam pengasuhan anak. 

Sehingga, ketika terpaksa harus ada perpisahan antara suami dan istri maka lebih banyak hak asuh anak diberikan pada ibu. Sekalipun tanpa tunjangan dari mantan sang suami atau ayah dari putra-putri mereka.

Sepintas, dua pendapat di atas sepertinya aadalah kebenaran yang tak terbantahkan. Karena memang banyak contoh dalam kehidupan sehari-hari. Namun, benarkah demikian egoisnya lelaki? Kabar buruk selalu menjadi gosip yang baik. Termasuk keegoisan sebagian lelaki senantiasa menjadi tanda bahwa kaum pria memang demikian adanya.

0 0 0 0

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Minggu, 16 September 2018, ketika gowes sendirian karena mantan pacar punya kegiatan sendiri, saya berjumpa dengan seorang bapa yang menuntun sepedanya dengan membonceng putrinya di depan. Sepeda tidak dikayuhnya. Trenyuh melihat kejadian seperti ini, saya pun mengajak berbincang sejenak dengan Beliau.

Sungguh mengejutkan, ternyata bapak ini telah menuntun sepedanya dari wilayah Kedung Kandang ke Pasar Blimbing sejauh kurang lebih 10 km. Waktu masih menunjukkan pukul 9 pagi, namun di musim kemarau cuaca cukup menyengat. Apalagi sang putrinya tanpa mengenakan topi.

Cukup menyedihkan untuk diceritakan mengapa dan apa yang harus dilakukan sang bapa sendirian dengan putrinya ke Pasar Blimbing. Wajah sendu di balik legam kulitnya dan kepalanya yang tertunduk menunjukkan sebuah ketabahan yang luar biasa dan kelembutan hati seorang bapa.

Sabtu, 2 Juni 2018

Desa Ngadas merayakan Hari Waisak. Semua warga terlibat sesuai dengan tugas dan kemampuan masing-masing. Seorang bapa, sebut saja Pak Winarto tampak menggendong putrinya karena si ibu sibuk menjadi salah satu panitia yang mempersiapkan perayaan Hari Waisak.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Minggu, 2002

Dua orang petani Desa Ngadas, mengajak dua putrinya mencari rumput ke padang rumput di daerah kaldera Bromo dengan berjalan sejauh lebih kurang 6km di cuaca kemarau yang terik namun dingin.

Sebagai seorang ayah tradisional di daerah pegunungan,  ternyata mereka sudah ingin mendidik putrinya bagaimana harus menghadapi kehidupan sebenarnya bahwa perempuan tak harus selalu di  dalam wilayah domestik rumah tangga.

0 0 0 0

Tiga kisah di atas dengan rentang waktu yang cukup lama, hanya sepenggal kisah yang sering terabaikan atau tertutup oleh kelakuan segelintir kemunafikan seorang pria yang tidak bertanggungjawab pada pasangannya atau keluarganya. Bahkan darah dagingnya sendiri.

Di luar sana, banyak kisah tentang seorang bapa yang menunjukkan kelembutan hati kaum pria. Selembut wanita yang tersenyum menghadapi kerasnya dunia yang seakan hanya dikuasai kaum pria.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun