Bukankah engkau sudah melihat mentari memancarkan sinarnya di sela-sela ilalang yang merunduk dengan setetes embun di ujungnya
Bukankah embun itu membiaskan sinar mentari seperti intan yang kau dambakan gemerlapnya dalam hidupmu
Mengapa engkau masih mengkhawatir mendung yang numpang lewat melihat keindahan telaga kehidupanmu
Biarlah seberkas cahaya tetap memancar di tengah mendung yang segera pergi dibawa bayu ke ujung dunia sana yang dingin
Biarlah bayu akan mengubah mendung menjadi hujan yang akan menebarkan tetes-tetes embun di padang ilalang yang harus kau tempuh
Melangkah dan berjalanlah di antara dinginnya kabut pagi dan hangatnya mentari pagi yang sebentar lagi akan membakar semangat hidupmu
Jangan kau risaukan lagi mendung dan teriknya mentari yang silih berganti menyelimuti hidupmu
Bukankah kicau kutilang di dahan pinus lebih indah daripada kegundahan dirimu
Bukankah kepak gagak tak pernah membawa berita duka selain nyanyian serak sukacita bersama prenjak yang menari merdu
Mentari kini di atas kepalamu, menguasai hidupmu
Tapi sang bayu membawa mendung tebarkan kabut tipis mengembalikan segarnya hidupmu