Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bulan Merah di Atas Puncak Mahameru

29 Juni 2018   08:27 Diperbarui: 30 Juni 2018   12:11 2172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati terus menjerit minta pertolongan Tuhan, seperti ketika 8 tahun yang lalu  saat kami sekeluarga mengirim masker dan terjebak di sini, di tempat yang sama ini, saat Gunung Bromo meletus 2010. 

Jawaban Tuhan, mulai nampak ketika saya membentak dan menyuruh salah satu pengunjung untuk menghubungi panitia yang hanya berjarak 1 km dari kami. Namun jarak yang tak begitu jauh bukanlah mudah dilalui di padang pasir seperti ini.

Sungguh menyenangkan ketika mobil SUV milik panitia datang, namun anehnya di baknya terdapat mesin genset. Sehingga harus kembali menurunkan genset dan datang lagi untuk mengangkat korban.

Evakuasi oleh Tim Jaga Wana TNBTS|Dokumentasi pribadi
Evakuasi oleh Tim Jaga Wana TNBTS|Dokumentasi pribadi
Jam 15.50

Dengan mobil SUV milik Departeman Kehutanan, korban dibawa ke tempat pertolongan pertama untuk ditangani secara medis. Semoga segera sembuh dan Sang Ilahi memberikan yang terbaik.

Jam 18.05

Saya sampai di rumah, dari beranda atas kulihat bulan merah menjelang purnama bersembunyi di balik saputan mendung tipis tepat di atas puncak Maha Meru. Aku tak tahu, apakah bulan tersipu malu atau senyum sedih melihat kejadian ini. Seorang yang papa nestapa terbuang di sisi bak sampah padahal hidupnya di tanah gemah ripah loh jinawi.

Catatan tentang korban:

  • Wanita, usia lebih kurang 50 tahun.
  • Dari mulut dan hidung keluar lendir dan kunyahan makanan.
  • Terdengar suara ngorok dan nafas agak tersengal.
  • Bola mata diam.
  • Denyut nadi (tangan kiri) di bawah normal, sekitar 49 denyutan per menit.
  • Kaki dan tangan kiri cukup kaku.
  • Tak bisa diajak komunikasi.

Dugaan saya sebagai awam, dia mendapat serangan jantung atau stroke. Oleh sebab itu saya tak berani mengambil tindakan P3K gegabah dengan karena khawatir bahwa korban serangan stroke bisa semakin fatal jika harus digerakkan tubuhnya.

Saya mengucapkan :

  • Mohon maaf kepada para wisatawan yang saya hadang perjalanannya untuk minta bantuan.
  • Mengucapkan terimakasih kepada wisatawan  yang peduli sekalipun tak tau harus berbuat apa, serta kepada yang telah memberi tissue dan sebotol air minum dan sudi memberitahu panitia.
  • Terima kasih pula kepada wisatawan yang mengabadikan dan memberikan foto ini. Foto ini bukanlah selfiria, tetapi dimaksud untuk menunjukkan agar kita lebih peduli lingkungan dan sesama.
  • Terimakasih kepada panitia dan petugas Jaga Wana dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Rahayu....rahayu...rahayu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun