Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menapaki Indahnya Pantai Goa Cemara dan Pandansari Bantul

2 Mei 2017   12:49 Diperbarui: 2 Mei 2017   18:20 5051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan dari sisi barat mercusuar tampak kolam dan Pantai Goa Cemara.

Mengunjungi Pantai Parangtritis, Pantai Baron, dan Pantai Ngrenehan bagi yang pernah berwisata ke Jogja tentu sudah tak asing lagi. Namun bagi sebagian pengunjung Jogja, nama Pantai Goa Cemara dan Pantai Pandansari tentu masih belum terlalu dikenal.

Saya sendiri baru mengenal nama kedua pantai ini baru sekitar lima belas tahun yang lalu, hanya saja setiap kali akan berwisata ke san aada saja yang mengatakan bahwa pemandangannya kurang indah dan alamnya kurang menantang.

2-1-jpg-59081aabb67e616547d456bf.jpg
2-1-jpg-59081aabb67e616547d456bf.jpg
2-2-jpg-59081aba4523bdeb22a91f63.jpg
2-2-jpg-59081aba4523bdeb22a91f63.jpg
Bosan dengan suasana pantai seperti Parangtritis, kami pun mengunjungi Pantai Goa Cemara yang berada 6 km (bila ditarik garis lurus) di sisi barat Parangtritis. Pantai Goa Cemara diberi nama demikian karena sepanjang lebih kurang 7km pesisirnya dipenuhi pohon cemara udang setinggi antara 7 – 12 meter dengan jarak tiap pohon sekitar 6 – 10 m. Karena demikian rimbunnya, sehingga setiap cabang tiap pohon bias bertemu dan membentuk lorong seperti goa yang panjang. Inilah yang membuat suasana dan pemandangan Pantai Goa Cemara berbeda dengan pantai-pantai selatan Pulau Jawa yang pernah penulis kunjungi.

3-1-jpg-59081acbb39273651ad20ffd.jpg
3-1-jpg-59081acbb39273651ad20ffd.jpg
3-4-jpg-59081ae7127b617837516592.jpg
3-4-jpg-59081ae7127b617837516592.jpg
3-3-jpg-59081ad9f37e61d23865fd7a.jpg
3-3-jpg-59081ad9f37e61d23865fd7a.jpg
Petugas Pantai Goa Cemara siap menerangkan dengan senang hati.
Petugas Pantai Goa Cemara siap menerangkan dengan senang hati.
Berdasarkan penuturan petugas pantai yang sempat penulis ajak bicara, menerangkan bahwa penanaman pohon cemara ini diawali ketika para petani pengelola lahan pertanian di pesisir pantai tersebut merasa tak pernah meningkat hasil pertaniannya sesuai dengan luas tanah yang dikelola. Setelah diselidiki, ternyata anginlaut yang berhembus membawa titik-titik air yang mempunyai kadar garam cukup tinggi sehingga membuat air pertanian menjadi payau serta berakibat kurang produktifnya hasil pertanian di sana.  Pada awal 2000an, dinas pertanian dan dinas perikanan yang bekerjasama mengajak para kelompok tani agar menanam pohon sebagai benteng untuk mencegah gelombang serbuan angin yang membawa embun dengan kadar garam yang tinggi. Niat awal, menanam pohon keben dan ketapang yang mudah tumbuh di tepi pantai. Entah siapa yang mengusulkan saat harus menanam cemara udang, namun ternyata pohon ini mampu menyaring angin laut dar ititik-titik embun berkadar garam. Selanjutnya, ditanamlah cemara udang di sepanjang 7 km bibir pantai dengan lebar sekitar 500m. Pantai yang pada awalnya panas kini menjadi rindang dan sejuk. Sehingga jumlah pengunjungnya pun semakin meningkat. Minggu, 30 April kemarin jumlah pengunjungnya sekitar 6 ribu orang.

4-1-jpg-59081af24523bdea22a91f63.jpg
4-1-jpg-59081af24523bdea22a91f63.jpg
4-2-jpg-59081b01eaafbdf64cd75ef9.jpg
4-2-jpg-59081b01eaafbdf64cd75ef9.jpg
Seperti halnya pantai selatan Jogja yang kebanyakan berpasir hitam, demikian juga pantai Goa Cemara. Hanya saja tak terlalu landai dan gelombang besarnya bias mencapai titik tepi pantai sehingga ada larangan keras untuk mandi. Bahkan, ketika ada yang bermain pasir di bibir pantai pun langsung ditegur dan disuruh minggir oleh petugas. Demikian juga rambu-rambu larangan amat jelas dipasang.

Selain menjadi tempat wisata yang menawan, Pantai Goa Cemara juga Kawasan Konservasi Taman Penyu Laut  yang dikelola langsung oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dengan memberdayakan masyarakat setempat untuk terlibat dalam pengawasan agar tetap lestari.

Para wisatawan, juga dimanjakan lidahnya sebagai wisata kuliner tradisional dengan aneka produk lokal yang dihasilkan dan dijual oleh warga sekitar, seperti: aneka ikan dan olahannya, rempeyek udang, tempe bacem, gudheg, tongseng, ada juga es krim herbal yang terbuat dari tumbuhan. Semuanya tertata cukup rapi di kios dan bedak maupun para pedagang kaki lima dalam suasana tradisional.

Setelah puas menikmati keindahan alam Pantai Goa Cemara, kita bias berjalan kaki lewat tepi pantai sekitar 10 menit ke arah timur menuju Pantai Pandansari. Keadaan alam pantai ini hamper sama dengan Pantai Goa Cemara, hanya saja tak terlalu ramai pengunjung, sehingga jika untuk relaksasi tubuh dan pikiran tempat ini amat layak. Saya sendiri kurang mengerti mengapa jarang pegunjung dating kesini. Mungkin dua alas an ini cukup bias menjelaskan, pertama: sepanjang lorong pohon cemara tampak beberapa muda-mudi asyik masyuk seakan dunia ini milik mereka berdua serta lupa bahwa di selatannya ada Nyai Roro Kidul selalu mengintai dan siap menggoda. Kedua, di tempat ini ada beberapa kolamikan besar ( bukantambak ) tempat penelitian dari Dinas Kelautan dan Perikanan yang tak bolehdikunjungi wisatawan. Namun, bukan berarti Pantai Pandansari tak menantang untuk dikunjungi.

5-2-jpg-59081b9108b0bdd81a566b75.jpg
5-2-jpg-59081b9108b0bdd81a566b75.jpg
5-3-jpg-59081ba0b59373ae32c906f5.jpg
5-3-jpg-59081ba0b59373ae32c906f5.jpg
5-1-jpg-59081bbe08b0bd851a566b75.jpg
5-1-jpg-59081bbe08b0bd851a566b75.jpg
Sarang burung sriti dan walet berbaur menjadi satu di tiap plafon tingkat.
Sarang burung sriti dan walet berbaur menjadi satu di tiap plafon tingkat.
Penulis yang dari jauh, ketika turun dari mobil di Pantai Goa Cemara, melihat sebuah mercusuar menjulang tinggi tersamar di antara pohon cemara, langsung menerobos semak belukar mencari mercusuar tersebut. Akhirnya menemukan Pantai Pandansari yang sepi dan mercusuar yang menggoda. Mercusuar ini baru dibangun pada tahun 1997 sebagai tanda atau rambu bagi semua kapal yang berlayar malam hari.

Tanpa tarif resmi atau hanya sekedar uang kebersihan yang amat murah sekali, penulis diijinkan naik mercusuar setinggi 8 tingkat atau sekitar 30m. Sebuah tantangan yang tak pernah penulis alami sebelumnya. Mendaki bukit dan gunung, menuruni lembah dan jurang, atau memanjat kelapa dan pinang sudah hal biasa, tetapi naik mercusuar sungguh luarbiasa. Ketika menginjak satu persatu anak tangga yang melingkar, okey-okey saja. Tetapi begitu harus menaiki tangga terakhir yang tegak lurus 90° setinggi 3m dengan lobang ukuran 0,5 x 0,5m di puncak mercusuar ternyata grogi juga. Terpeleset melorot ke bawah akan menjadi teman Nyai Roro Kidul. Kepalang tanggung, sepatu olahraga walau merek terkenal harus dilepas agar tidak licin dan ….. Alhamdulillah sampai di puncak mercusuar untuk menikmati keindahan alam perladangan penduduk dan hamparan laut selatan Pulau Jawa secara sensasional.

Waoooow…. Juni harus kesini lagi. Mendaki bersama keluarga. Ini tantangan. Anda berani?

Pemandangan sisi timur dari puncak mercusuar, tampak Pantai Parangtritis.
Pemandangan sisi timur dari puncak mercusuar, tampak Pantai Parangtritis.
Pemandangan sisi utara dari mercusuar
Pemandangan sisi utara dari mercusuar
Pemandangan dari sisi barat mercusuar tampak kolam dan Pantai Goa Cemara.
Pemandangan dari sisi barat mercusuar tampak kolam dan Pantai Goa Cemara.
Sisi selatan, Lautan Hindia membentang.
Sisi selatan, Lautan Hindia membentang.
* Semua foto dokumen pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun