Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menyusuri dan Mengamati Lembah di Barat Daya Kaldera Bromo

23 April 2017   08:17 Diperbarui: 23 April 2017   20:00 2021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hutan pinus, cemara gunung, dan akasia menghadang.

Saya yang semakin penasaran pun kembali menuruni di beberapa titik dasar lembah yang sempit dan licin, agak pengap serta dingin pula. Di tepi bibir lembah terbawah ini, saya memotong 7 buah dahan rerumputan lalu menyambung tiap ujung sehingga memanjang sekitar 5 m. Salah satu ujung saya ikat sebuah batu cadas ukuran kepalan tangan dan ujung lain saya pegang untuk mengukur kedalaman dasar lembah. Satu dua titik kedalamannya tak lebih dari panjang rumput ukur yang saya buat. Beberapa titik lainnya justru rumput ukur yang saya gunakan tak menyentuh dasar lembah artinya lebih dari 5m! Apakah sudut sempit dasar lembah dengan strutur batuan cadas ini menandakan sebuah patahan permukaan kulit bumi atau dasar danau vulkanik kuno lalu menjadi tempat menyurutnya air danau serta masuknya air hujan di kaldera Bromo?                     

Di bibir lembah. Dokpri
Di bibir lembah. Dokpri
Dokpri
Dokpri
Pada 2006 dan 2010 serta pertengahan April 2017 saya menuruni lembah ini saat musim hujan masih cukup lebat. Sedang pada 2008, 2011, dan 2015 saya lakukan pada di puncak musim kemarau. Biasanya saya menuruni saat jam 10 pagi hingga jam 2 siang, kecuali pada Oktober 2015 saya lakukan pada jam 3 - 5 sore. Pada pengamatan saya selama ini, di dasar lembah terdengar gemricik lembut suara aliran air. Sebuah pertanyaan kembali muncul, apakah di dasar lembah atau di dalam sana ada sebuah relung sungai bawah tanah?

Saya pun mereka-reka dengan gambar berdasarkan pada foto B dan pengalaman menuruni lembah, seperti di bawah ini.

Rekaan saya tentang sungai bawah lembah.
Rekaan saya tentang sungai bawah lembah.
Jauh di selatan, kira-kira 45 km dari kaldera Gunung Bromo atau sekitar 7 km dari pusat kota Malang terdapat sebuah mata air besar yang menjadi penyuplai kebutuhan air bersih wilayah Malang, yakni Wendit. Selain sebagai sumber mata air utama, Wendit juga menjadi tempat wisata dengan danau yang tak terlalu besar namun bersih dengan tanaman kangkung air di kiri kanannya. Lebih dari itu, masyarakat Suku Tengger meyakini bahwa mata air Wendit titik akhir sebelum menjadi aliran Sungai Kalisari dari sumber mata air di Gunung Widodaren yang merupakan salah satu gunung besar di dataran tinggi ( plateu ) Tengger dan sungai dalam tanah yang ada di lembah kaldera Bromo sebelah barat daya.

Atas dasar keyakinan ini, masyarakat Suku Tengger setiap menjelang perayaan upacara Yadnya Kasada selalu mengambil air dari goa Gunung Widodaren atau sumber mata air Sumber Widodaren di Wendit. Upacara ini disebut Tengger Tirto Aji seperti yang saya tulis pada artikel di Kompasiana

13-58fbff4dca23bd6e27bd1c0c.jpg
13-58fbff4dca23bd6e27bd1c0c.jpg
Lebat dan cukup berbahaya. Dokpri
Lebat dan cukup berbahaya. Dokpri
Hal yang amat mengherankan, bagaimana masyarakat Suku Tengger yang demikian masih tradisional kehidupannya pada masa lalu sudah berani menyimpulkan bahwa Sumber Widodaren masih berhubungan langsung dengan sumber air di goa Gunung Widodaren dan air sungai dalam tanah yang ada di lembah kaldera Bromo. Apakah pengetahuan mereka  berdasarkan pengamatan dan penglihatan secara supranatural yang hingga kini masih demikian melekat. Ataukah pernah melakukan pengamatan seperti yang saya lakukan. Jika hal yang terakhir dilakukan, artinya bahwa para geolog masa kini masih kalah hebat dengan para supranatural masyarakat Suku Tengger yang mau mengamati alam tanpa peralatan canggih.

Mata air Sumber Widodaren di Wendit, 7 km timur pusat Kota Malang. Dokpri
Mata air Sumber Widodaren di Wendit, 7 km timur pusat Kota Malang. Dokpri
Puncak bukit Jemplang awal saya menuruni lembah. Dokpri
Puncak bukit Jemplang awal saya menuruni lembah. Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun