Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melihat Malam Takbiran Bersama Seorang Mahasiswi Universitas George Town, Washington

10 Juli 2016   07:43 Diperbarui: 10 Juli 2016   08:49 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemeriahan perayaan Idul Fitri atau Hari Lebaran di Indonesia memang menjadi tradisi unik bagi warga muslim bahkan mengimbas juga pada umat pemeluk agama selain Islam. Setidaknya karena kebanyakan keluarga di Indonesia bukan hanya memeluk satu agama saja. Selain itu juga pengaruh hubungan kekerabatan dan persaudaraan di tanah udik sedemikian erat sehingga ketika merantau kerinduan akan kampung halaman menjadi sebuah panggilan untuk kembali mudik. Dan, saat yang paling tepat adalah pada saat lebaran ( Jawa: lebar artinya masa sesudah ) dimana bukan hanya sekedar berkumpul tetapi menjalankan Shalat Id bersama-sama dilanjutkan silaturahmi sambil saling memaafkan.

img-4348-jpg-578194e7bb22bdc204bd1911.jpg
img-4348-jpg-578194e7bb22bdc204bd1911.jpg
img-4351-jpg-578194f891fdfdc20471212f.jpg
img-4351-jpg-578194f891fdfdc20471212f.jpg
Kemeriahan hari lebaran bukan hanya pada saat hari raya saja, tetapi juga pada malam terakhir dimana mereka yang telah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh. Kemeriahan ini bukan hanya dengan gema takbir yang dikumandangkan merdu di masjid-masjid  tetapi adanya pawai obor serta pesta kecil dalam keluarga. Sekalipun hal ini lebih tampak di wilayah pedesaan saja. Salah satu wilayah yang masih menjalankan kegiatan seperti ini adalah Desa Sumber Pasir, Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.

img-4353-jpg-57819519109773f8038b4570.jpg
img-4353-jpg-57819519109773f8038b4570.jpg
Kue dan penganan yang diberikan untuk dibawa pulang.
Kue dan penganan yang diberikan untuk dibawa pulang.
Pada malam terakhir masa puasa, masyarakat di Desa Sumber Pasir mengadakan kenduri sederhana di setiap keluarga dengan menu sederhana berupa makanan ringan seperti sebungkus kecil kacang goreng, kripik mlinjo, kue kering, segelas minuman kemasan, dan yang wajib berupa sebuah kue apem dan pisang. Semuanya tidak disajikan untuk dimakan di tempat tetapi dimasukkan pada kotak kecil atau tas kresek. Acara ini biasanya dilakukan setelah sholat magrib serta dilakukan secara bergilir setiap keluarga secara langsung. Artinya bila selesai dilakukan di rumah Si Amir langsung dilanjutkan di rumah Si Budi dan Si Cipto tanpa kembali ke rumah terlebih dahulu. Maka setelah selesai biasanya setiap keluarga bisa membawa aneka makanan ringan bagi keluarganya atau disajikan bagi tamu pada saat Idul Fitri.

Keesokan harinya, setelah Sholat Id masih dilanjutkan lagi dengan kenduri namun yang diberikan bukan makanan ringan tetapi nasi lengkap dengan sayur dan lauk pauknya serta kue basah seperti apem dan bikang juga sebuah pisang.

Acara masih berlanjut pada masa lima hari setelah lebaran yang dalam budaya Jawa disebut sepasar dengan pesta ketupat atau riyaya kupat ( hari raya ketupat ).

Seorang ayah membacakan niat untuk sodaqoh bagi guru ngaji putrinya.
Seorang ayah membacakan niat untuk sodaqoh bagi guru ngaji putrinya.
Seorang pengurus masjid menerima dan mendoakan zakat dari seorang ibu.
Seorang pengurus masjid menerima dan mendoakan zakat dari seorang ibu.
Desa mawa cara, negara mawa tata. Setiap daerah sekalipun tak berjauhan jaraknya, kadang mempunyai tradisi yang berbeda walau pada perayaan yang sama. Di Desa Pakis Kembar dan Slampar yang tak jauh dari Sumber Pasir acaranya hampir sama namun makanan dikumpul di salah satu masjid atau langgar lalu kenduri di sana dan dibagi sama rata, sehingga tak terlalu membuang waktu. Keesokan harinya pun ada yang tak melakukan kenduri selain hidangan yang disajikan bagi tamu saat saling berkunjung untuk saling memaafkan.

Keunikan tradisi semacam ini menjadi daya tarik untuk diamati oleh beberapa mahasiswa dari Amerika Serikat. Salah satunya adalah sebut saja: Betty mahasiswa S2 Jurusan Keamanan International dari sebuah universitas di Texas. Mahasiswi yang sebelumnya mengambil prodi Hubungan International di George Town, Washington yang kini mendapat beasiswa untuk belajar Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Malang dengan beasiswa dari Critical Language Solarship begitu tertarik akan keragaman budaya tradisional semacam ini.  Betty, kami ajak melihat secara langsung acara melihat acara semacam ini dia bisa melihat secara nyata bagaimana damainya negeri ini dengan aneka ragam budaya yang saling melengkapi dan mendukung terciptanya kerukunan warga dan umat.

Pak Abdul Kholik sedang menjelaskan pada mahasiswi George Town
Pak Abdul Kholik sedang menjelaskan pada mahasiswi George Town
img-4379-jpg-57819661bb22bdce04bd1917.jpg
img-4379-jpg-57819661bb22bdce04bd1917.jpg
Setelah mengikuti acara kenduri di malam takbiran,  kami ajak dia melihat penyerahan zakat di Masjid Al Mubaroq Dusun Boto Putih - Sumber Pasir yang mendapat sambutan hangat dari warga dan pengurus ( takmir ). Sang Takmir pun dengan semangat menerangkan bagaimana proses penyerahan zakat serta pembagiannya kepada mereka yang membutuhkan.

Dari Dusun Boto Putih, dilanjutkan dengan mengikuti pawai takbiran sebuah dusun dari Pakis Kembar sambil membawa obor dengan iringan musik jaranan sekalipun tanpa kuda kepang atau jaran kepang.

img-4361-jpg-5781969cbb22bdc804bd191b.jpg
img-4361-jpg-5781969cbb22bdc804bd191b.jpg
img-4386-jpg-578196ae6f7a61420d85727f.jpg
img-4386-jpg-578196ae6f7a61420d85727f.jpg
img-4387-jpg-578196fa1d23bda90769617a.jpg
img-4387-jpg-578196fa1d23bda90769617a.jpg
Semarak acara malam takbiran di Desa Sumber Pasir dan Pakis Kembar menjadi catatan menarik bagi Betty yang akan melanjutkan ke UCLA. Selamat menjalankan studi, Betty. Inilah negeri kami yang indah dan penuh kedamaian.

1-578199e9ae9273d404109c45.jpg
1-578199e9ae9273d404109c45.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun