Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Betara Kala Tak Mampu Menelan Matahari

9 Maret 2016   11:14 Diperbarui: 9 Maret 2016   12:26 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Gerhana matahari hanya sebagian."][/caption]Gencarnya pemberitaan media elektronik tentang peristiwa alam gerhana matahari total, ternyata tak terlalu menarik perhatian masyarakat desa-desa di sekitar tempat tinggal kami. Apalagi menjadi bahan pembicaraan, seperti saat gerhana matahari total pada tahun 1983. Mungkin karena gerhana matahari total tak terjadi di sini.
Sejak jam 6 pagi, seperti biasa jalan mulai dipenuhi sepeda pancal dan sepeda motor yang mengantar para petani ke sawah dan ladang atau para buruh pergi ke pabrik. Kami pun gowes berdua ke kebun di sekitar Tumpang.

[caption caption="Dua orang tukang las melihat gerhana dengan pelindung wajah tukang las."]

[/caption]Di perjalanan saya lihat hanya beberapa orang yang ingin melihat peristiwa ini dengan cara mereka sendiri. Ada petani yang melihat lewat pantulan atau bayangan di genangan air sawah. Ada juga buruh atau tukang las yang melihat dengan memakai pelindung wajah dan kacamata las. Di sekitar Desa Sumber Pasir ada seorang anak dan kakaknya melihat dengan cara lewat lensa hapenya.

[caption caption="Dua kakak beradik sedang melihat gerhana matahari. Kami tetap gowes."]

[/caption]Di sawah kami, Mbok Mina, Mak Yem, dan Lik Mah tetap matun ( menyiangi atau membersihkan rumput yang tumbuh di tengah sawah ). Mereka tak peduli ada gerhana atau tidak. Yang dirasakan cuma mereka agak beruntung karena langit mendung sehingga tak terlalu membuat mereka kegerahan dan lekas capai.
“Yok apa grahanane….( Bagaimana gerhananya )?” tanya Lik Mah ketika aku memberikan tiga bungkus rangsum.
“Betara Kala mboten kolu nguntal. Dilepeh malih. ( Betara Kala tak bisa menelan. Dimuntahkan lagi ),” jawabku disambut tawa mereka.

[caption caption="Bagi buruh tani, gerhana matahari tak terlalu menarik perhatian."]

[/caption]

[caption caption="Mendung menutupi gerhana matahari."]

[/caption]Saya pun langsung ambil kamera saku dan memotret matahari yang tampak malu karena kalah dengan bulan dan awan gelap alias mendung.

Bagaimana di tempat pembaca?

[caption caption="Matahari kembali terang di atas Kantor Desa Wringin Songo pada jam 7.30 "]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun