Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Asyiknya Bergowes Ria atau Bersepeda Bersama Menyusuri Alam Pedesaan

1 Maret 2016   18:33 Diperbarui: 13 April 2016   12:09 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Menyusuri dan menuruni lembah pedesaan."][/caption]

Sepeda sebagai sarana transportasi boleh dikatakan sudah tergerus jaman lagi karena manusia dituntut bergerak lebih cepat dan cepat. Bahkan untuk anak sekolah, buruh, termasuk para petani yang akan berangkat ke sawah atau ladang. Apalagi bagi pegawai kantor. Kalau toh ada yang masih menggunakan biasanya hanya kaum lansia yang mobilitasnya sudah tak terlalu padat.

Sejak awal 90an  sepeda pancal mulai kembali menjadi gaya hidup namun lebih bersifat untuk kegiatan olahraga santai dengan menggunakan sepeda MTB atau sepeda gunung. Tahun 2000an kembali sepi dan kalah dengan kegiatan hash atau jalan kaki lintas alam menyusuri pedesaan dan lembah bukit.

[caption caption="Jangan kalah dengan anak-anak desa yang selalu bersepeda sekalipun hanya untuk bermain."]

[/caption]
Pada awal 2010 semarak kembali dengan munculnya sepeda jenis Downhill (DH) dan Crosscountry (XC), selain MTB dan BMX. Komunitas gowes atau bersepeda pun semakin marak, mulai dari karyawan dan pejabat hingga kaum profesional. Hanya saja bergowesria masih ada yang mengikuti hanya karena latah alias ikut-ikutan. Bahkan mungkin sekedar pamer sepedanya yang harganya mencapai 200 jutaan.Tetapi jarang ikut bergowesria secara rutin, kecuali jika ada moment tertentu yang diadakan oleh sebuah lembaga.

Penulis sendiri, selain jalan kaki dan bersepeda tak pernah luntur. Memang pernah meninggalkan sepeda selama 15 tahun saat setiap hari harus mengantar para yunior ke sekolah. Namun sejak 5 tahun terakhir para yunior sudah besar dan melanjutkan sekolah di luar kota, penulis kembali mengajar dengan naik . Setiap hari minggu atau libur pun bergowesria bersama mantan pacar dengan menempuh sekitar 30 – 40 km bahkan pernah mencapai 76 km menyusuri pedesaan Malang wilayah timur, tenggara, atau baratdaya dan selatan.Wilayah Malang barat dan barat laut terlalu padat dan polusi. Asyiiik lho…sambil mengenang masa lalu atau berbulan madu kembali.

[caption caption="Asyiiiiiiikkkk..........."]

[/caption]
Bergowesria tentu semakin mengasyikkan jika disiapkan dan dilakukan dengan baik. Untuk itu perlu memperhatikan beberapa hal, seperti di bawah ini.

• Perhatikan kesehatan, kebugaran, dan kemampuan anda. Jika mempunyai riwayat sakit yang cukup berat, sebaiknya hanya bersepeda di sekitar komplek lingkungan perumahan atau tempat tinggal. Atau tak lebih dari 10 km sekali jangkauan.

• Tak harus menggunakan sepeda khusus, jika hanya untuk menjaga kebugaran dan kesehatan diri. Menggunakan onta atau  sepeda jengki bukan masalah dan tak perlu malu, asal sepedanya masih terawat dan dapat digunakan dengan baik.

• Bila sudah menjadi hobi untuk menjelajah pedesaan atau menyusuri kebun yang tak terlalu berat, bisa menggunakan sepeda yang standart jenis Mountain Bike (MTB) atau Crosscountry (XC). Jenis sepeda ini yang standart bisa diperoleh dengan harga antara 2,5 – 5 juta. 

• Untuk bergowesria yang lebih menantang dengan menyusuri hutan, menuruni lembah, dan mendaki perbukitan terjal sebaiknya menggunakan jenis DH atau downhill. Harga standart sepeda jenis ini antara 7 – 9 juta. Ada juga yang harganya bisa mencapai sekitar 125 juta.

[caption caption="Memakai sepeda pancal milik mertua."]

[/caption]
• Gunakan helm dan kacamata pelindung dari sinar ultraungu.

• Pakai celana dengan bantalan yang cukup tebal untuk menghindari cidera sekitar paha dan pantat.

• Pakai celana dan kaos olahraga lengan panjang jika takut kulit menjadi legam. Kalau penulis sih sudah hitam jadi lebih senang memakai celana dan kaos pendek.

• Pakai jas hujan atau kaos warna terang menyala jika hujan atau menyusuri tempat yang sepi dan gelap.

• Menuruni lembah atau mendaki perbukitan juga mengayuh di jalan menanjak memang perlu nyali. Jika takut dan ragu maka tak usah malu untuk turun dan menuntun sepeda, daripada mengalami kecelakaan. yang baik, jika mengalami kecelakaan biasanya hanya ‘mretheli’ sedang sendi dan tulang kita yang ‘mrotholi’

• Bawa minum air putih dan bukan air manis, sebab sulit diserap oleh pencernaan. Bila membawa bekal makanan ringan, sebaiknya bukan sejenis gorengan.

• Istirahatlah jika terasa capai. Jangan memaksakan diri.

[caption caption="Jika tak kuat mengayuh saat menanjak lebih baik dituntun saja."]

[/caption]

[caption caption="Hlo kok ditinggal. Salahnya terlalu pelan!"]

[/caption]

Untuk bergowesria bisa dilakukan bersama-sama dengan komunitas sepeda atau bersama kolega kantor atau tempat kerja. Tergantung keinginan anda. Namun sebaiknya juga dilakukan bersama keluarga untuk menambah keakraban dan kemesraan.

 

[caption caption="Asal memilih jalan bisa berakibat mengangkat sepeda melompati parit."]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun