[caption caption="Kerja tanpa pelindung."][/caption]Terik sinar matahari di pertengahan November 2015 panasnya begitu menyengat. Tak terkecuali di lapangan futsal dalam ruangan di lantai paling atas sebuah mall di pusat Kota Malang. Sekalipun ada empat kipas angin ukuran besar yang suaranya bak baling-baling helikopter, toh tetap membuat gerah para pemain yang sedang istirahat. Saya yang juga kegerahan, langsung keluar mencari semilirnya angin ujung musim kemarau yang kali ini terasa agak panjang.
[caption caption="Demi kehidupan keluarga."]
[caption caption="Menunggu jatah aspal."]
[caption caption="Tak takut bahaya."]
[caption caption="Sekalipun panas haryus tetap kerja."]
Hal yang paling mengejutkan adalah mereka bekerja dengan tanpa sarana keselamatan diri andaikata terjadi sebuah kecelakaan. Misalnya saja aspal cair panas tumpah atau para buruh terpeleset kerikil tajam yang berserakan sehingga menyebabkan terjadi malapetaka. Jangankan safety shoes dan sarung tangan serta topi kerja yang mumpuni untuk menjamin keselamatan kerja, sedang untuk pakaian saja mereka menggunakan pakaian ala kadarnya bahkan salah satu di antaranya tidak memakai kaos atau baju. Sunggu amat berbahaya.
Ketika penulis mencoba mengorek pada seseorang yang saya mandor atau pengawas, dengan enteng dia menjawab bahwa para buruh sudah terbiasa dan cukup berhati-hati sehingga tak mungkin atau kecil sekali terjadinya kecelakaan. Penulis terus mengejar dengan pertanyaan justru ditantang dengan sebuah pertanyaan apakah para pengusaha menengah juga melakukan hal yang sama demi keselamatan para buruhnya terutama mereka yang bekerja sebagai buruh harian.
[caption caption="Dekat aspal cair yang bahaya."]
Penulis mendekati para buruh dan menanyakan mengapa demikian berani bekerja dengan resiko kecelakaan yang cukup besar? Dengan sedikit takut dilihat oleh mandor atau pengawas mereka menjawab bahwa alasan upah dan kesempatan kerja yang sulit sehingga mereka tak punya banyak pilihan.
[caption caption="Di bawah terik matahari."]
[caption caption="Tanpa pelindung sama sekali."]
Para buruh pun merasa terlindungi sebab jika ada yang mengalami kecelakaan kerja maka perawatan akan ditanggung oleh perusahaan atau juragan mereka. Apakah yang dimaksud adalah BPJS Ketenagakerjaan, mereka kurang paham.
Pengalaman mereka, ketika salah satu dari para buruh lengannya sedikt tersiram aspal cair panas maka dibawa ke rumah sakit hingga sembuh. Tetapi selama dalam perawatan, mereka tidak mendapat upah sedang beaya hidup untuk keluarganya hanya mengandalkan belas kasih sang juragan atau hutang sana hutang sini.
Nah, jika seperti ini siapa yang peduli dan harus bertanggungjawab?
[caption caption="Badan menjadi legam tak masalah."]
 *Foto Dokumen Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H