Jogjakarta memang dikenal sebagai tempat wisata budaya, alam, dan kuliner yang amat menarik. Satu dua kali mengunjungi Jogjakarta tak akan bisa memuaskan mata dan hati. Mungkin lima sampai tujuh kali kunjungan akan memenuhi semua keinginan yang akan membuat kita mengenal lebih dekat ini keunikan Jogja daripada tempat wisata lain. Mulai dari gudeg hingga kerajinan perak. Mulai dari Malioboro hingga Prambanan. Mulai Parangtritis hingga Kaliurang. Mulai dari Tugu Jogja hingga Gunung Merapi. Mulai dari dagadu hingga batik. Atau kalau mau, mulai dari Pasar Kembang hingga hotel berbintang lima akan memanjakan setiap wisatwan, tergantung ketebalan saku atau niat wisata sesungguhnya.
Namun mengunjungi Jogjakarta tak akan lengkap jika tidak mengunjungi Museum
Affandi dan menikmati lukisan-lukisan Sang Maestro
Ekspresionis yang demikian terkenal seantero dunia. Agak mengherankan juga, jika melihat buku tamu dan keterangan para petugas yang menunjukkan bahwa para pengunjung kebanyakan adalah kelompok pribadi atau keluarga. Sedang pengunjung dari kalangan pendidikan, terutama anak sekolah, cukup jarang. Barangkali salah satu yang menjadi kendala adalah pada saat hari libur nasional Museum Affandi tutup, sekalipun bisa dibuka untuk kunjungan dengan perjanjian sebelumnya.
Dengan harga karcis tanda masuk hanya dua puluh ribu rupiah per orang, para pengunjung akan dipuaskan dengan suguhan keunikan dan keasrian lingkungan museum dan galeri yang berbeda dengan museum dan galeri pada umumnya. Apalagi akan mendapat pelayanan dari pemandu yang menjelaskan seluk beluk museum dan karya-karya Affandi yang demikian mempesona para penggemar lukisan. Karcis tanda masuk pun bisa ditukar dengan sebotol minuman secara gratis.
Penataan lansekap lingkungan museum dan galeri serta lukisan, patung, dan benda-benda seni koleksi pribadi Sang Maestro yang demikian berbeda menjadi daya tarik tersendiri untuk enggan meninggalkan museum ini. Demikian juga, dengan keberadaan makam Affandi dan istri serta gerobak atau pedati kuno yang pernah menguasai sarana transportasi angkutan barang di Jawa hingga awal 1970an yang ada di sekitar museum semakin memperindah suasana.
Â
Satu hal yang perlu diperhatikan oleh pengelola atau pengurus Museum Affandi adalah ketegasan para pemandu dan penjaga untuk melarang menyentuh dan foto di dekat lukisan dengan melewati batas yang telah ditentukan. Tangan kotor sesedikit apa pun tentu akan mempengaruhi keadaan lukisan yang secara bertahap akan bisa merusaknya.
Museum yang terletak di tepi Sungai Gajah Wong sebenarnya amat mudah ditemukan karena berada di tengah kota Jogja yakni di Jalan Laksda Adi Sucipto. Jalan raya yang menghubungkan antara Jogja – Solo. Pintu gerbangnya yang unik berbentuk potongan pohon pisang dan adanya pohon besar di depan gerbang menjadi salah satu kemudahan untuk menemukan Museum Affandi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya