Â
Â
Waktu masih menunjukkan pukul lima pagi. Udara dingin dari lereng Gunung Kawi dan Gunung Kelud turun semilir namun menusuk tulang setiap orang yang ada di luar rumah. Tak terkecuali bagi para petani dan nelayan di sekitar Waduk Selorejo di Ngantang, Malang yang harus mengawali hari untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Â
Pak Supardi dan Mas Sunarto serta beberapa petani mina atau nelayan pencari ikan air tawar di Waduk Selorejo harus mendayung perahunya menyusuri tepian waduk. Kadang mereka harus menebarkan jalanya ke tengah waduk mengikuti arus yang membawa ikan.
Â
Sekali tebar belum tentu mendapat ikan. Bahkan lima atau enam kali tebar hanya mendapat satu ekor ikat gurami. Dalam sehari, mulai pukul 5 pagi hingga 11 siang rata-rata menebar jala sebanyak 40 – 50 kali untuk mendapat 3 atau 4 kg ikan mujair, tawas, gurami, atau wader. Setiap kilogram ikan oleh pedagang dibeli seharga 20 ribu atau 25 ribu rupiah, tergantung besar kecil ikannya. Jumlah yang tak terlalu banyak. Namun mereka tak pernah mengeluh.
Â
Di sisi lain, Pak Ngateno dan Mak Jualeka kali mendayung perahunya bukan untuk mencari ikan. Mereka menyeberang menuju perbukitan di selatan Waduk Selorejo di mana kebun mereka berada. Saat ini mereka akan memanen pisang dan sayuran untuk dijual di Pasar Ngantang.
Â
Lain lagi dengan Mas Jarwo menyeberangi Waduk Selorejo menuju hutan di bukit bukan untuk merawat ladangnya, tetapi mencari rumput liar untuk pakan sapi perahnya. Dalam sehari ia harus mendapat dua keranjang rumput agar sapinya tetap berproduksi.
Berbeda pula yang dilakukan Pak Tarji dan Mas Parno dan beberapa warga lain, kali ini mereka menuju Waduk Selorejo bukan untuk mencari ikan atau menyeberang ke bukit. Tetapi bekerja sebagai pendayung perahu milik koperasi untuk mengantar para wisatawan menyusuri dan menikmati keindahan Waduk Selorejo.
Â
Waduk Selorejo, sebuah bendungan yang dibangun untuk PLTA dan pengairan ribuan sawah ladang kini menjadi sebuah habitat baru bagi warga dan semua mahluk hidup yang saling mendukung dan memberi. Waduk Selorejo bukan hanya indah pemandangannya tetapi juga memberi keselarasan bagi mereka yang tinggal di sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Inovasi Selengkapnya