Banyak kisah kasih nan indah dalam legenda masyarakat Tanah Jawa, seperti Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso, Jaka Tarub dan Dewi Nawang Wulan, Rara Anteng dan Jaka Seger, Ken Arok dan Ken Dedes, serta Galuh Candra Kirana atau Dewi Sekartaji dan Raden Panji Asmara Bangun. Namun yang paling menarik dan banyak diceritakan secara turun-temurun dengan berbagai versi khususnya di tanah Jawa adalah kisah Dewi Sekartaji dan Panji Asmara Bangun, seperti dalam kisah Jaka Kendil dan Ande-ande Lumut. Bahkan oleh Kraton Surakarta kisah ini diangkat menjadi sebuah tarian klasik yang begitu lembut, halus, dan romantis ditambah dengan gaya pakaian kebesaran putri dan pangeran kraton di Jawa.
[caption id="attachment_355984" align="aligncenter" width="500" caption="Dewi Sekartaji setia menunggu dan Panji Asmara Bangun kembali..."]
[caption id="attachment_355987" align="aligncenter" width="500" caption="Dewi Sekartaji mlengos dan ngambek...."]
Tarian yang mengisahkan kecintaan dan kerinduan Dewi Sekartaji yang ditinggal oleh Panji Asmara Bangun, suaminya, dikenal sebagai Tari Karonsih. Kata Karonsih sendiri berasal dari kata Bahasa Jawa ‘kekaron atau sakloron tansah asih’ yang artinya keduanya saling mencintai.
Dikisahkan Panji Asmara Bangun harus meninggalkan kraton dengan menyamar sebagai orang biasa untuk mengetahui keadaan seluruh masyarakat Kerajaan Kedhiri serta ketulusan cinta Dewi Sekartaji. Kepergian tanpa pamit ini membuat Dewi Sekartaji menjadi kelimpungan. Sebagai seorang istri, ia merasa kehilangan akan belahan jiwanya. Bersama inangnya, Dewi Sekartaji bersama inangnya berusaha mencari keberadaan Panji Asmara Bangun. Mengetahui bahwa Dewi Sekartaji demikian mencintainya, Panji Asmara Bangun akhirnya kembali ke kraton. Dewi Sekartaji yang merasa kesal karena diragukan cintanya, ia pun ngambek ketika Panji Asmara Bangun tiba. Panji Asmara Bangun yang dilanda rindu mendalam terus merayu Dewi Sekartaji dengan terus menari dan memberi setangkai bunga. Dewi Sekartaji luluh hatinya dan memeluk Panji Asmara Bangun.
[caption id="attachment_355989" align="aligncenter" width="500" caption="Panji Asmara Bangun terus merayu dan akhirnya....."]
Tarian ini biasanya ditampilkan pada pesta perkawinan adat Jawa. Setelah upacara adat bersama sanak keluarga, pengantin bersama kedua orangtua dan pager ayu diiringi penari cucuk lampah menuju pelaminan. Setelah duduk di pelaminan inilah Tari Karonsih ditampilkan. Namun ada juga yang menampilkan penari pria sebagai tokoh Panji Asmara Bangun ikut mengiringi pengantin sebagai penari cucuk lampah.
[caption id="attachment_355990" align="aligncenter" width="500" caption=".... selalu bersama dalam kehidupan penuh kasih."]
* Foto-foto koleksi pribadi. Diambil di sebuah pesta perkawinan di Magelang dengan penari dari Karanganyar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H