Prabu Brawijaya V sebagai penguasa Majapait, gaya hidupnya yang doyan wanita (mempunyai banyak istri) boleh dikatakan sama seperti ayahnya Prabu Brawijaya IV. Kacang ora ninggal lanjaran. Sifat anak menurun dari orangtuanya. Prabu Brawijaya IV, yang saat muda bernama Damarwulan telah bersanding dengan Anjasmara, kemudian para istri Menak Jinggo yang telah ditaklukkannya. Padahal, sebenarnya Ratu Kencana Wungu telah berjanji akan menikah dengan Damarwulan jika berhasil menaklukkan Blambangan.
Kelemahan Prabu Brawijaya V ini terbaca oleh para wali songo yang ingin menyebarkan agama Islam di Majapait. Para wali pun menikahkan Prabu Brawijaya V dengan putri dari Campa yang menganut Islam. Pernikahan secara Islam merupakan tanda penaklukan seluruh wilayah Majapait yang paternalistis. Beberapa wilayah di pesisir utara memang telahdiislamkan, termasuk oleh Raden Patah, putranya sendiri yang mendirikan Kerajaan Demak. Apalagi ketika Raden Patah juga berhasil mengkudeta Majapait di bawah kekuasaan ayahnya sendiri, Prabu Brawijaya V.
Ki Ageng Kutu, salah satu bawahan Brawijaya V yang berkuasa di Wengker merasa terusik dengan tingkah pola sang raja yang mudah tergoda nafsunya terhadap wanita. Kerajaan Majapait yang limbung setelah ditinggal Prabu Hayam Wuruk dan Patih Gajahmada semakin tak terurus. Pemberontakan dan pembangkangan pun terjadi di mana-mana. Ki Ageng Kutu tetap menghormati rajanya dan berusaha mempertahankan Majapait dari pengaruh Islam. Namun, Ki Ageng Kutu tak berani secara terus terang dalam mengkritisi rajanya. Sebagai seorang budayawan, lalu Beliau menciptakan seni reog atau barongan yang merupakan simbol kecaman tingkah pola Prabu Brawijaya V yang mudah dikendalikan oleh para istrinya atau wanita.
Lambang dalam seni Reog Ponorogo.
Barongan dengan kepala harimau ( Jawa: macan atau sima ) merupakan lambang kekuasaan dan kekuatan raja. Barongan yang menari-nari merupakan gambaran raja yang mabuk kepayang atas nafsu birahinya melihat (kecantikan) wanita.
Dhadhak Merak atau burung merak di atas kepala harimau merupakan lambang kecantikan, keindahan, dan kelemahlembutan seorang wanita yang dapat menaklukkan kekuatan dan kekuasaan raja.
Para penari wanita adalah lambang para wanita yang selalu menggoda Prabu Brawijaya V untuk menjadi istrinya. Wanita yang duduk di atas kepala harimau dan di depan dhadhak merak merupakan gambaran salah satu istri raja yang berhasil menguasai raja!
[caption id="attachment_291356" align="aligncenter" width="500" caption="Raja sebagai pemimpin di bawah kekuasaan wanita."]
[caption id="attachment_291357" align="aligncenter" width="360" caption="Bojang Ganong duduk di deretan paling depan. Topeng dilepas."]
[caption id="attachment_291359" align="aligncenter" width="241" caption="Wanita cantik yang selalu menggoda raja...."]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H