Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Calêg-calêg Ndablêg

15 Maret 2014   04:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:55 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ndablêg dalam Bahasa Jawa berarti bêbal, sulit diberitahu, sulit diatur, sulit diluruskan, suka membangkang, dan biasanya semaunya sendiri. Sikap ndablêg atau bêbal lumrah ada pada diri anak-anak atau remaja yang salah polah asuh. Jikasikap ndablêg atau bêbalada pada diri manusia dewasa secara umur biasanya karena adanya keinginan atau ambisi tertentu yang ingin dicapai.

Menghadapi anak ndablêg memang diperlukan kesabaran yang luar biasa. Bila kita bersikap keras, justru mereka menunjukkan kekerasan kepalanya dan malah melawan. Kalau toh di hadapan kita merunduk-runduk atau diam saja, biasanya di belakang kita justru mereka akan menggerutu atau tak mau peduli akan kita. Namun bila kita mengalah, cenderung mereka malah bersikap kurangajar dan nglamak atau tak tahu tatakrama.

Bagaimana bila yang ndablêg adalah orang dewasa dan menyandang status calon legislatif? Wah tentunya perlu kiat tersendiri menghadapinya. Payahnya, aparat juga bingung mau berbuat apa untuk menghadapai calêg-calêg ndablêg ini. Masyarakat pun rupanya sudah mulai bosan, jenuh, dan wêgah untuk memberikan kritik pada calêg-calêg ndablêg ini.

Seorang calon legislatif kota pernah kukritik akibat pemasangan poster di sebuah pohon dan di dekat sekolah tanpa ijin dari dinas terkait pula. Dengan seenaknya menjawab ‘yang memasang adalah tim sukses yang diserahkan pada sebuah perusahaan percetakan’ Sungguh terlalu…..

Tiga minggu yang lalu, seseorang datang untuk mensetting dan mencetak banner outdoor seorang calon anggota legislatif sebanyak 150 lembar dengan ukuran 40 X 60 cm. Bayangan pun muncul bahwa banner ini pasti akan dipasang di pohon, tiang telpon, tiang listrik, atau di pagar-pagar taman. Sebagai pecinta alam dan lingkungan, pesanan ditolak dengan alasan pesanan sudah cukup banyak dan tak punya waktu.

Sebenarnya yang paling menjengkelkan adalah ketidakjujuran para calêg ndablêg ini yang tak mau membayar uang beaya kekurangan mencetak banner setelah mereka merasa kalah dalam pemilu. Seperti pada pemilihan kepala daerah dan anggota legislatifdaerah beberapa saat yang lalu. Atas dasar kepercayaan, mereka baru membayar separuh dari beaya cetak dan akan dilunasi pada akhir pemilihan umum kepala daerah. Begitu mengetahui tak terpilih, kekurangan tak dibayar.

Itulah calêg-calêg ndablêg…..

Membuat kita godhêg-godhêg……

-

-

*potopotodhewe*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun