Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memilih MC yang Tepat dalam Perkawinan Tradisional

7 April 2014   23:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:02 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_302266" align="aligncenter" width="450" caption="Pranata adicara dari Malang bertemu dengan pranata adicara dari Jogja."][/caption]

Upacara adat perkawinan tradisional, memang lebih rumit dari pada upacara perkawinan modern ( gaya barat ). Entah itu upacara adat perkawinan Batak, Jawa, maupun China. Namun kali ini penulis hanya ingin mengutarakan upacara perkawinan adat Jawa yang sering kami tangani.

Pranata adicara atau MC dalam upacara perkawinan adat peranannya sangatlah penting. Tanpa arahan pranata adicara yang tepat, upacara yang seharusnya berlangsung sakral dan agung menjadi konyol dan lucu. Maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk memilih pranata adicara yang bagus.

1.Mengenal dan paham atau mengerti tata cara perkawinan tradisional.

Ada beberapa pranata adicara yang hanya menuntun atau mengarahkan calon mempelai, keluarga, dan kerabatnya dengan bahasa lesan tanpa menjelaskan artinya. Sehingga para hadirin hanya duduk sebagai penonton sebuah pertunjukan seni daripada upacara adat. Memang acara ini akan menyita waktu yang cukup lama. Maka sebaiknya upacara adat hanya dilangsungkan di rumah atau di gedung tanpa undangan, kecuali sanak keluarga atau tetangga terdekat. Terkecuali memang ada niat untuk dilaksanakan demikian.

2.Menguasai Bahasa Jawa secara baik, benar, dan tepat.

Menguasai Bahasa Jawa secara baik dan benar belum tentu tepat penyampaiannya. Pengalaman penulis saat menangani pesta perkawinan adat Jawa antara keluarga yang berasal dari Trenggalek yang telah lama tinggal di Malang dengan keluarga yang berasal dari Bantul, Jogjakarta. Mewakili keluarga Malang, kami memilih pranata adicara yang familiar dengan orang Malang yang tak banyak menguasai basa krama inggil halus, kecuali kaum tua. Bahasa yang digunakan memang krama inggil, namun bukan krama inggil kraton. Rupanya, bahasa ini kurang berkenan bagi keluarga dari Bantul, maka saat memberi sambutan saat akan menyerahkan calon pengantin pria, menggunakan bahasa kraton yang ndakik-ndakik. Orang mengatakan bahasa dhalang. Memang saat didengarkan ( dan direkam ) tampak begitu agung, namun banyak yang kurang mengerti.

3.Komunikatif.

Komunikatif di sini lebih berarti pranata adicara bisa menguasai lingkungan dan mengajak para hadirin untuk ikut serta dalam upacara tersebut. Pranata adicara bukan hanya sekedar membaca urutan susunan acara tanpa tatapan mata dan calon pengantin, keluarga, dan kerabat hanya menjalankan saja.

Biasanya, pranata adicara seperti ini mengawali karir sebagai penyiar radio yang sering berkomunikasi dengan pendengar tanpa tatapan mata.Pandangan mata ke atas tanpa melihat ke hadirin. Bahkan ada yang menyampaikan sambil duduk!

4.Pakaian dan Make Up yang sederhana.

Sekalipun upacara tradisional bukan berarti tidak diperkenankan memakai pakaian modern ( jas atau blaser bila wanita dan bukan pakaian nan sensual ) namun sebaiknya memakai pakaian adat. Kalau toh terpaksa tidak memakai pakaian adat sebaiknya menggunakan kain batik.

Pemakaian make up sebaiknya yang sederhana dan tipis tidak menor-menor seperti pemain kesenian tradisional.

Catatan ini hanyalah berdasarkan pengalaman sebagai pengelola sebuah penata acara ( event organizer ). Tentunya para pembaca yang sering terlibat dalam pesta perkawinan dan berpengalaman menjadi pranata adicara bisa menambahkan. Salam

[caption id="attachment_302267" align="aligncenter" width="450" caption="Wakil dari keluarga pengantin pria dari Bantul, Jogja.Foto"]

1396864517658496319
1396864517658496319
[/caption]

Foto-foto pranata adicara dengan pakaian dan tata rias yang kurang pas demi kebaikan tak penulis tampilkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun