Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jalur Berbahaya Menuju Gunung Bromo dan Semeru Lewat Malang

15 April 2014   00:13 Diperbarui: 4 April 2017   18:22 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_303322" align="aligncenter" width="547" caption="Tiga ratus meter menjelang Coban Pelangi"][/caption]

Jika suka berpetualang di alam terbuka dengan jalanan yang cukup terjal, curam, dan berliku penuh tikungan tajam cobalah sekali waktu mengunjungi wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru melalui Malang, lewat Tumpang, Gubuk Klakah, dan Ngadas.

Jalur ini sekarang memang ramai bagi pengunjung Gunung Bromo maupun para pendaki yang akan mendaki ke Puncak Maha Meru. Maka sejak dua tahun terakhir perbaikan dan pengaspalan telah dilakukan terutama di jalur Ngadas – Jemplang dan Jemplang – Ranu Pani. Perbaikan prasarana transportasi bukan sekedar untuk memperlancar kunjungan wisata tetapi juga memperlancar pemasaran hasil bumi dari wilayah Suku Tengger di empat wilayah Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, dan Malang.

[caption id="attachment_303323" align="aligncenter" width="400" caption="Dua ratus meter setelah Coban Pelangi"]

1397468445456221955
1397468445456221955
[/caption]

Jalur Ngadas – Jemplang – Ranu Pani boleh dikatakan cukup halus dengan aspal hotmix, namun bukan berarti tanpa tantangan yang membahayakan. Di jalur Bantengan, kelengahan sedikit akan membawa kita terjun bebas setinggi lebih kurang 100 – 200m ke wilayah adasan di kaldera di tenggara Gunung Bromo. Lebar jalan di jalur ini hanya sekitar tiga setengah meter atau empat setengah meter dengan bahu jalan.

[caption id="attachment_303325" align="aligncenter" width="300" caption="Seratus meter setelah tingkungan pertama di foto ke 2."]

13974686111227173806
13974686111227173806
[/caption]

Jalur yang masih membahayakan dan bisa dikatakan jalur maut adalah Coban Pelangi – Ngadas. Pengerasan jalan yang lebarnya antara 3 – 4m di sini masih dengan pengecoran semen yang akan menjadi licin pada saat musim hujan. Licin disebabkan oleh lumut-lumut tipis yang tumbuh di jalanan yang kurang sinar matahari dan pasir-pasir lembut yang terbawa air akibat erosi dari tebing di kiri kanan jalan. Tanjakan menuju Ngadas atau turunan dari Ngadas dengan kemiringan antara 30° - 45° dan tingkungan hingga 345° Sungguh suatu tantangan yang menarik!!!

Salah perhitungan, kesembronoan, dan tak sabar atau kurang hati-hati akan mengakibat kecelakaan fatal. Apalagi tak ada penerangan listrik sama sekali.

[caption id="attachment_303326" align="aligncenter" width="400" caption="Tanjakan atau turunan 40* dengan tikungan 340* jurang di tepinya sedalam lebih dari 200m!"]

1397468803575383898
1397468803575383898
[/caption]

[caption id="attachment_303327" align="aligncenter" width="450" caption="Tikungan maut dilihat dari Google Maps. Tampak di bawahnya sungai yang mengalir menjadi air terjun Coban Pelangi."]

1397469227722778173
1397469227722778173
[/caption]

[caption id="attachment_303328" align="aligncenter" width="400" caption="Pertigaan Desa Ngadas dan Dusun Jarak Ijo, tempat bertemu tiga sosok pembawa obor!"]

13974693631137991520
13974693631137991520
[/caption]

13974694551139499172
13974694551139499172

13974694882113494797
13974694882113494797

1397469542186013257
1397469542186013257

1397469635677836086
1397469635677836086

13974697111112550188
13974697111112550188

13974697591477999287
13974697591477999287

13974698341600425027
13974698341600425027

Foto-foto di atas hanya menggambarkan sebagian daerah rawan atau berbahaya karena jalur ini sepanjang 19 km.  Bila berniat berkunjung atau berpetualang di sini disarankan hanya menggunakan kendaraan manual dan memakai gigi 1 atau 2 saja!

Selamat berpetualang….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun