Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Gua-gua Bekas Penggalian Batu Kapur di Desa Sumberkerto, Kabupaten Malang

1 Agustus 2014   22:11 Diperbarui: 15 Februari 2016   19:58 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

14068793261986772601
14068793261986772601
 

1406879383628366183
1406879383628366183
 

1406881901761854714
1406881901761854714
 

 

 

Wilayah selatan Kabupaten Malang, mulai dari Dampit, Pagak, Sumbermanjing Wetan, hingga Purworejo merupakan daerah pegunungan kapur yang cukup tandus. Salah satunya adalah Desa Sumberkerto di Kecamatan Pagak. Namun perkembangan jaman dan pengetahuan masyarakat yang terus berkembang, daerah yang dulu dikenal tandus dan kering, sejak 30 tahun terakhir telah berubah menjadi daerah yang cukup hijau dengan tanaman tebu, sengon laut, dan jati. Keadaan ini tentu saja telah merubah kondisi perekonomian masyarakat yang terus meningkat kesejahteraannya.

 

Hingga akhir tahun 90an, masyarakat yang hidup di sekitar perbukitan kapur masih mengandalkan penambangan batu kapur sebagai bahan bangunan untuk menopang perekonomian mereka. Seiring dengan pembinaan kelompok tani yang dilakukan oleh pemerintah melalui dinas terkait dan aparat desa, masyarakat mulai mengenal pertanian tebu, dan penghijauan perbukitan kapur dengan penanaman sengon laut dan jati yang meningkatkan pendapatan masyarakat.

 

1406881808888853396
1406881808888853396
 

 

 

14068794861303652954
14068794861303652954
 

1406879532459272891
1406879532459272891
 

Semakin berkurangnya kebutuhan kapur sebagai salah satu bahan bangunan, penggalian kapur kini mulai ditinggalkan dan masyarakat lebih senang bertani ( tebu ) dan berdagang.

 

Perbukitan kapur yang telah ditinggalkan, kini mejadi sebuah pemandangan dengan gua-gua yang cukup indah dan menantang untuk ditelusuri. Jumlah gua-guanya ada belasan dengan ketinggian antar 2 hingga 25 m serta kedalaman antara 10 hingga 50 m. Keberadaanya pun lebih banyak ada di belakang rumah pemilik lahan atau ladang serta sedikit di atas bukit. Memang perlu kewaspadaan dalam memasuki dan menelusuri gua-gua. Jatuhnya kerikil dan batu bahkan runtuhnya dinding gua setiap saat bisa saja terjadi. Sebab gua-gua ini bukan gua yang terbentuk secara alami, tetapi akibat penggalian manusia. Beberapa dinding dan atap gua ada yang retak-retak selebar antara 2 – 40 cm dengan ketinggian antara 1 – 25 m.

 

Beberapa gua kini sudah mulai tertutup tanaman sehingga harus waspada untuk memasukinya. Bahaya terperosok atau dipagut ular beludak yang ada di antara bebatuan dan dahan serta dedaunan kering cukup mengancam.

 

1406879997100565522
1406879997100565522
 

1406879589406406877
1406879589406406877
 

1406879635755359753
1406879635755359753
 

1406879672219076101
1406879672219076101
 

14068799051604996359
14068799051604996359

Catatan perjalanan perayaan lebaran ( masyarakat aboge ) di rumah kakak ipar. Sholat Ied diadakan sesuai dengan masyarakat umumnya namun anjangsana baru dilaksanakan pada Rabu kemarin lusa.

[caption id="attachment_317451" align="aligncenter" width="450" caption="Salah satu ruas jalan menuju ke lokasi."]

14068826402015308411
14068826402015308411
[/caption]

14068801891906240713
14068801891906240713

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun