Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lukisan dan Seni Pertunjukan Wayang Beber

26 Agustus 2014   04:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:33 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_320912" align="aligncenter" width="450" caption="Foto dan lukisan: koleksi pribadi."][/caption]

14089759371153457838
14089759371153457838

Wayang beber adalah seni pertunjukan tradisional yang berupa lukisan tentang kisah-kisah asmara Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji, kekasihnya. Disebut wayang beber karena lukisan tersebut disimpan dengan cara digulung dan pada saat ditampilkan akan dibuka ( Jawa: dibeber ) secara perlahan-lahan mengikuti alur cerita yang terdapat pada lembaran lukisan tersebut. Biasanya setiap gulungan menceritakan tiga atau empat peristiwa. Menggulungnya dari kanan ke kiri, sedang saat ditampilkan akan dibeber dan kiri ke kanan.

Seni wayang beber boleh dikatakan unik karena hanya dikenal di beberapa kota saja, yakni Pacitan, Wonosari – Jogja, Solo, dan Pajang – Demak. Karena keunikannya juga, banyak pecinta seni dan galeri serta beberapa museum yang mencari dan membeli lukisan-lukisan repro wayang beber dari pelukis-pelukis handal di Solo dan Jogja.

Wayang beber dari Pajang – Demak.

Lukisan wayang beber ini hanya ada empat gulungan saja dan merupakan lukisan tertua serta cukup sederhana. Sekalipun pelukisan tokohnya cukup detail namun banyak ruang kosong. Amat disayangkan bahwa lukisan ini ‘sampai saat ini’ belum diketahui mengisahkan tentang apa.

[caption id="attachment_320913" align="aligncenter" width="450" caption="Foto Katalog Galeri Wayang Beber - Dono Atmosupomo"]

1408975512813546203
1408975512813546203
[/caption]

Wayang beber dari Gelaran, Wonosari – Jogjakarta.

Wayang beber ini ada 16 gulungan dengan penggambaran tokohnya lebih jelas serta dilukis dengan warna yang lebih modern. Tokohnya, Panji Asmarabangun lebih dikenal sebagai Kyai Remeng Mangunjaya yang meninggalkan kraton untuk bertapa namun pada saat akan kembali ke istana menemui Dewi Sekartaji harus bertarung melawan Kelana Sewandana.

[caption id="attachment_320915" align="aligncenter" width="339" caption="Foto Katalog Galeri Wayang Beber - Dono Atmosupomo"]

1408975653418008717
1408975653418008717
[/caption]

Wayang beber dari Donorejo, Pacitan – Jawa Timur.

Lukisan dengan judul Kembang Kuning ( Panji Asmarabangun ) ada 24 gulung. Jadi merupakan lukisan atau gulungan yang paling lengkap dan terperinci dalam mengisahkannya.

Lukisan atau gulungan nomer 24 cukup disakralkan dan sudah tidak ditampilkan oleh pemilik sekaligus dalangnya dengan alasan bahwa kisah ini sungguh amat mengharukan. Namun beberapa pengamat berpendapat bahwa lukisan ini sudah amat tua usianya. Sehingga cukup berbahaya jika sering dibuka yang dapat mengakibatkan kerusakan.

[caption id="attachment_320916" align="aligncenter" width="450" caption="Foto Katalog Galeri Wayang Beber - Dono Atmosupomo"]

14089756971294810616
14089756971294810616
[/caption]

Wayang beber dari Kraton Kartosura.

Sekalipun berasal dari Kraton Kartosura, lukisan ini sebenarnya ditemukan di Desa Giring Gelaran. Jumlahnya ada delapan gulungan. Lukisannya pun lebih halus dan artistik, serta menggambarkan kemewahan dalam kraton dengan lukisan singgasana Sang Raja. Bahkan lukisan ini cukup suralis seperti pada lukisan nomer 3 yang menggambarkan Panji Asmarabangun mengintip Dewi Sekartaji sedang mandi.

[caption id="attachment_320917" align="aligncenter" width="450" caption="Foto Katalog Galeri Wayang Beber - Dono Atmosupomo"]

14089757321894212301
14089757321894212301
[/caption]

Pertunjukan wayang beber secara tradisional, pada masa kini sudah jarang ditampilkan. Namun bukan berarti sudah dilupakan begitu saja oleh generasi muda. Setidaknya ada komunitas kaum muda yang menampilkan dengan gaya kekinian di kota-kota besar menunjukkan bahwa masih ada yang ingin agar seni wayang beber tetap dikenal masyarakat.

Beberapa pelukis pun tertarik dan berusaha melukis kembali ( repro ) dengan media yang lebih modern tanpa meninggalkan suasana gambar aslinya. Bahkan beberapa lukisan repro ada yang menghiasi galeri-galeri dan museum di manca negara.

14089757772027017461
14089757772027017461

14089758301320044592
14089758301320044592

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun