Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dasamuka, Tunggul Ametung, Ken Angrok, dan Annas Maamun

1 Oktober 2014   22:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:45 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dasamuka. Sumber: wayang.com

Dasamuka, Sang Rahwana penguasa Alengka.

Boleh saja orang berpendapat bahwa kisah romantisme Ramayana hanyalah sebuah kisah fiktif dan menjadi mitologi masyarakat India, Indonesia, dan Thailand. Namun demikian kisah ini tentunya didasari atas budaya dan pandangan masyarakat saat itu. Kisah yang sangat mengharukan ini semakin menjadi terkenal dengan ketokohan Dasamuka, sang penguasa Alengka yang tergila-gila pada kecantikan seorang wanita yang telah menjadi istri orang lain.

Kekuasaan dan kekayaan sudah tak ada lagi tandingannya bagi Dasamuka. Maka tantangan baru yang harus didapat adalah meraih keinginan untuk melepaskan nafsu syahwat pada kecantikan seorang wanita yang cantik. Pilihan pun jatuh pada Shinta, istri Rama yang sedang mengasingkan diri untuk menghindari perselisihan perebutan kekuasaan di Ayodya.

Dasamuka, si bangkotan tua pun berhasil menggondol Dewi Shinta dengan cara menipu. Ia pun berharap Dewi Shinta sudi menjadi istrinya. Sang Dewi tentu saja menolak keinginan Dasamuka. Namun Sang Rahwana dengan keteguhan cinta ( eros ) tetap menunggu dengan sabar. Shinta pun dengan sabar menunggu saat pembebasan untuk berkumpul kembali dengan Sang Rama, suaminya.

Dalam kesabarannya, Sang Rahwana tak pernah menyentuh Dewi Shinta.

Tunggul Ametung, Sang Akuwu penguasa Tumapel.

Siapa berani melawan Tunggul Ametung yang demikian mutlak kekuasaanya di bawah naungan Kedhiri untuk membawahi wilayah Malang? Bahkan, seorang pendeta Buddha pun hanya bisa mengumpat-umpat dan mengutuk desa dan warganya sendiri yang membiarkan Sang Akuwu menggondhol Ken Dedes putrinya. Dan, menikahinya tanpa persetujuan Mpu Purwa dari Panawijen. Bagi seorang Buddhis ini sama saja dengan perzinahan atau pelanggaran sila ke 4.

Ken Angrok, Sang Amurwabhumi penguasa Singosari.

Kekuasaan dan kekayaan memang didapat Ken Dedes dengan menjadi istri Tunggul Ametung. Namun, cinta sejati tak pernah didapatkannya. Maka ketika ia melihat Ken Arok sedang mengintip dirinya akan mandi bersama Tunggul Ametung di petirtaan Sumberawan, Ken Dedes pun menunjukkan kemulusan pahanya untuk memancing Ken Arok terbakar nafsunya.

Pameran paha Ken Dedes ini merupakan ledekan bagi Ken Angrok untuk membunuh Tunggul Ametung di depan Ken Dedes sendiri untuk menguasai Tumapel dan menjadikan Ken Dedes sebagai istri Ken Angrok.

Annas Maamun, Sang Gubernur penguasa Riau.

Sama seperti Dasamuka, bagi Annas Maamun kekuasaan dan kekayaanmungkin sudah sampai di dada. Namun demikian ia masih saja belum puas sehingga ingin menjadi penguasa tunggal dengan mengangkat sanak keluarganya menjadi penguasa dan menggapai kekayaan. Tetapi yang paling menyedikan adalah ternyata ia sebagai seorang pemimpin tak bisa mengendalikan diri untuk menahan nafsu syahwatnya. Dia lupa bahwa ia telah tua.

Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Itu kata Bung Karno saat sedikit membela PKI pada perayaan 17 Agustus 1966. Rupanya pesan Bung Karno ini tak diingat oleh Annas Maamun, gubernur Riau yang baru saja ditangkap KPK atas dugaan menerima suap. Apalagi, dia memang orang Riau yang lebih memahami sejarah Riau dan Melayu dari pada sejarah Singasari.

Atau boleh jadi karena dia sudah tua, sehingga lupa akan sejarah apalagi kisah pewayangan.

14121519091016413986
14121519091016413986

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun