Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tari Jaran Kencak Khas Jawa Timur

28 Desember 2014   01:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:21 1861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14196801202128231023
14196801202128231023

Jaran Kencak merupakan salah satu seni tradisional yang cukup terkenal di Jawa Timur, khususnya di wilayah Malang dan Pasuruan bagian timur terutama di wilayah Suku Tengger, sedang di Lumajang, Probolinggo, Jember, Situbondo, dan Bondowoso keberadaannya hampir merata di seluruh wilayah.

Jaran Kencak artinya adalah kuda menari. Tarian kuda ini sangat menarik karena gayanya yang megal-megol, maju mundur, dan kadang berdiri. Kegemulaian gerakan tarian kuda tergantung akan ketrampilan sang pawang dalam melatih dan musik yang mengiringinya. Musik yang mengiringi adalah seperangkat gamelan sederhana yang berupa kendang, slompret, kempul, dan kenong. Penabuhan atau cara memainkan gamelannya amat terpengaruh oleh empat budaya yakni Jawa pada kenong dan kempul, peniupan slompret pengaruh reog Ponorogo dan pencak Madura, sedang pemukulan kendang seperti gaya Bali dengan cara bagian kiri memakai tangan sedang bagian kanan memakai tangan dan tetabuh. Namun di Jember dan Lumajang seni Jaran Kencak kadang diiringi juga dengan lagu-lagu campursari dan bahkan dangdut.

1419679676423809990
1419679676423809990

Penampilan saat Upacara Entas-entas.

141967972627859798
141967972627859798

Pakaian pengiring tergantung selera masing-masing kelompok, ada yang bergaya Tengger yang khas dengan sarung dan udhengnya. Ada pula yang bergaya Madura yang khas dengan kaos lorek putih merah dan udheng merah. Ada juga yang memakai gaya Ponorogo dengan kaos lorek ( putih merah atau putih hitam ) dan udeng wulung. Namun ada juga yang memakai pakaian batik atau kaos hitam.

Dalam satu kelompok Jaran Kencak biasanya terdiri dari 3 hingga 5 ekor kuda yang dihiasi dengan selimut warna kuning yang mencolok dengan hiasan pernak-pernik bunga dan asesoris seperti cunduk menthul dan krecekan. Pengiringnya sesuai dengan jumlah kudanya, sedang penabuhnya ada 8 orang. Di wilayah Lumajang, Probolinggo, Jember, dan Situbondo penampilan Jaran Kencak biasanya juga diikuti atau diiringi oleh seorang wanita yang menari Gandring di depan sang kuda. Masih perlu penelitian untuk mengetahui apakah ini ada pengaruh dari seni Osing yang ada di ujung timur Jawa Timur atau Bali. Sedang di wilayah masyarakat Suku Tengger yang ada di sekitar Bromo dan Semeru khususnya Probolinggo ( Cemoro Lawang dan Ngadisari ), Lumajang ( Ranu Pani ), dan Malang ( Ngadas ) tarian Jaran Kencak tanpa iringan penari wanita.

14196797931305064108
14196797931305064108

Si Tengah saat dikarak saat ulangtahunnya ke 17 pada 2010 silam.

Dan bapaknya ikut ngiringi eh narsis.

1419679932595394657
1419679932595394657

Di Desa Ngadas - Malang, Tarian Jaran Kencak biasanya ditampilkan pada acara Entas-entas, Tugel Kuncung dan Tugel Gombyok, acara nyadran atau sadranan pada penutupan Upacara Karo, dan HUT kemerdekaan. Jarang ditampilkan sebagai kesenian hiburan umum seperti di daerah lainnya. Kecuali pada saat merayakan hari jadi Kabupaten Malang pada tahun 2011 silam.

Pada 2006, kesenian Jaran Kencak di wilayah Probolinggo ( Cemoro Lawang dan Ngadisari ), Lumajang ( Ranu Pani ), dan Malang ( Ngadas ) mengalami kemunduran akibat gagalnya regenerasi. Di Ngadisari dan Ranupani masing-masing tinggal dua orang pawang atau pengiring saja. Di Ngadas tinggal tiga orang, yakni Pak Misan, Pak Pahing, dan Pak Tuyar. Sedang untuk peniup slompret masih mengandalkan Pak Wiji dari wilayah Ranu Pani. Sehingga bila ada pertunjukan mereka harus berkolaborasi.

14196799851614019155
14196799851614019155

Regenarasi dari para sepuh ke pemuda.

1419680043544003475
1419680043544003475

Seiring semakin digiatkannya potensi wisata daerah dengan mengangkat kearifan lokal yang ada, ketertarikan pemuda untuk meneruskan kesenian dan budaya tradisional semakin terpacu. Kini jumlah pemilik kuda kencak di Ngadas ada sekitar 5 orang di antara 12 orang pemilik kuda untuk mengantar wisatawan menuju puncak Gunung Bromo. Sedang di wilayah Ngadisari dan Cemoro Lawang ada sekitar 7 – 9 kuda kencak di antara puluhan kuda pengantar wisatawan.

[caption id="attachment_343647" align="aligncenter" width="300" caption="Tetap tampil sekali pun tiba-tiba Gunung Bromo menyembur abu vulkanik pada akhir 2010 silam"]

1419680184936610324
1419680184936610324
[/caption]

[caption id="attachment_343648" align="aligncenter" width="400" caption="Camat Ponco Kusumo, Malang sedang mencoba menunggang Jaran Kencak."]

1419680337105892446
1419680337105892446
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun